Pada awalnya Blackberry yang merupakan alat komunikasi asal Kanada itu menjadi gaya hidup orang-orang kaya di Indonesia. Termasuk para eksekutif muda dan para selebritis berebutan menggunakan Blackberry sebagai alat komunikasi favoritnya.
Saat itu Blackberry memang masih termasuk alat komunikasi yang termasuk kelas eksklusif dengan harga diatas 3 jutaan, sehingga hanya orang-orang berkantong tebal saja yang bisa memiliki.
Semenjak itu menjadi tren dimana-mana bagi para pengguna gadget karena dianggap keren dan canggih. Padahal sebenarnya salah satu alasannya adalah demi kemudahan komunikasi untuk mengirim email dan BBM-an sesama pengguna Blackberry.
Belakangan Blackberry bukan hanya menjadi buruan orang-orang kaya, para eksekutif, dan para selebritis saja. Tetapi orang-orang dengan penghasilan pas-pasan pun bisa memiliki dengan begitu mudahnya menggunakan fasilitas kartu kredit.
Tak heran kemudian Blackberry menjadi alat komunikasi kebanggaan yang seakan wajib dimiliki kalau ingin dianggap bergaya. Dari anak-anak sekolah, sales, pegawai kantoran biasa, sampai ibu-ibu rumah tangga tergoda untuk menjadikannya pegangan.
Entahlah bagaimana rasanya berkomunikasi menggunakan Blackberry dibandingkan dengan merek lain?
Kenyataannya di lapangan tak jarang hanya digunakan untuk bergaya daripada memanfaatkan fungsinya. Sebenarnya tak apa-apa karena toh tidak merugikan kita. Hidup ini memang penting untuk bergaya dan Blackberry adalah salah satu aksesorisnya.
Jangan heran dan aneh, bila kita bertemu ada pembantu rumah tangga di Indonesia akan bergaya dengan Blackberrynya. Padahal kita tahu, paling besar berapa gaji pembantu rumah tangga di Indonesia? Mungkin kita pernah melihat para pembantu berkumpul di sekolah saat menjemput anak majikannya sambil menenteng Blackberry.
Tapi demi gaya apa salahnya memiliki Blackberry? Bukankah seorang pembantupun pantas untuk bergaya? Apalagi kalau lebaran nanti pulang ke kampungnya. Lagi pula siapa tahu Blackberry itu hadiah dari bossnya karena kinerjanya yang baik atau anak majikan yang ada hati padanya?
Kalau saya sih tidak sombong, dengan Blackberry China alias Blackberry-Blackberryan pun sudah cukup bisa untuk bergaya. Ya, tentu saja dengan bergaya-gayaan.
"Ssstt ..........Mbak, pinjam Blackberrynya dong barang setahun buat bergaya!" Bisikku pada pembantu tetangga yang setiap hari menenteng Blackberry kesayangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H