Saya percaya dan yakin sebagian besar dari kita pasti setuju bahwa menunggu dan mengantrri adalah pekerjaan yang membosankan, tidak produktif, bikin strees dan emosi. Apalagi yang namanya menunggu pacar yang datangnya telat minta ampun atau menunggu gajian belum keluar-keluar padahal sudah tanggal 3, sedangkan ibu di warung sebelah sudah bolak-balik menagih. Tak heran ada yang mengatakan bahwa menunggu dan mengantri adalah pekerjaan yang paling ditakuti dan menyebalkan.
Hampir setiap hari kita bisa melihat antrian atau kita sendiri yang harus terlibat di dalamnya dan itu sangat menguras energi. Mengantri di bank atau ATM, di loket pembayaran PLN atau PAM, di stasiun Kereta Api, atau di SPBU, bukankah masih sering terjadi?
Sekali lagi, memang menyebalkan yang namanya menunggu dan mengantri, namun seringkali tidak bisa kita menghindarinya. Apa boleh buat, tetap harus dijalani juga walaupun dengan perasaan tidak nyaman.
Bagaimana dengan saya?
Harus saya katakan, sebenarnya pekerjaan menunggu dan mengantri itu sungguh hal yang menyenangkan!
Loh, kok bisa?
Sejak menekuni dunia tulis-menulis, maka pekerjaan yang mengharuskan menunggu dan mengantri adalah waktu yang dinanti-nantikan, karena ada hal yang bisa saya lakukan dan bermanfaat. Tidak sedikit tulisan-tulisan saya lahir dengan memanfaatkan waktu menunggu dan mengantri, karena pekerjaan saya memang sebagian besar waktunya adalah menunggu dan mengantri.
Pada saat menunggu seseorang yang berhubungan dengan pekerjaan atau mengantri di bank dimana biasanya hanya bisa bengong dan mengkhayal atau melirik kesana-kemari, maka sekarang waktunya dimanfaatkan untuk menulis dengan menggunakan HP standar. Setelah itu bisa langsung diterbitkan di Kompasiana dan diemail ke blog pribadi saya. Adakalanya bisa sampai menyelesaikan dua tulisan, walaupun tak jarang juga hanya sebagian yang bisa diselesaikan.
Dengan menulis, sebenarnya begitu manfaat yang sudah didapat, salah satunya adalah bisa memanfaatkan saat-saat yang membosankan, tidak produktif, membuang-buang energi, stres dan emosi merubah menjadi menyenangkan, produktif, damai, dan menyegarkan pikiran. Bayangkan, apabila hari ini saya tidak menulis, pasti waktu menunggu dan mengantri itu akan berlalu dengan begitu saja dengan segala kerugian yang tanpa disadari terjadi.
Dengan menulis memanfaatkan saat menunggu dan mengantri, maka segala inspirasi dan ide menjadi terekomendasi yang bisa bermanfaat di kemudian hari, baik bagi diri sendiri dan orang lain.
Mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan ide untuk menulis?
Apakah dengan berdiri lalu tiba-tiba ide untuk menulis bisa datang sendiri?
Bisa saja!
Karena di dalam otak dan hati kita sebenarnya sudah begitu banyak ide dan inspirasi yang bisa kita tuliskan, karena tersimpan di memori yang ajaib pada diri kita yang bernama alam bawah sadar. Satu lagi, kita bisa membiasakan diri menyimpan ide-ide yang setiap kita temui. Misalnya menyimpan dengan mencatatnya di HP. Setiap HP standar pasti memiliki fasilitas untuk mencatat dan itu bisa kita manfaatkan. Saya sendiri cukup dengan menuliskan judulnya saja dari perististiwa-peristiwa menarik yang ditemui sehari-hari dan menurut saya ada pembelajarannya. Cukup mudah, bukan?
Saya kira, siapapun bisa melakukannya, sehingga waktu menunggu dan mengantri menjadi bermanfaat dan tidak merugikan siapa-siapa.
Sebenarnya ada satu lagi saat menunggu yang bisa kita manfaatkan untuk menulis seperti yang pernah saya lakukan.
Apa itu?
Sssssstt....kita bisa menulis saat menunggu kotoran yang ada di dalam perut kita menampakkan dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H