Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gara-gara Hendak Menggaruk Pantat, Menggagalkan Orang Bunuh Diri

5 Juni 2011   08:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apapun yang kita lakukan, biarlah membawa manfaat bagi orang lain bukannya merugikan.....

Sebuah kisah menarik yang saya baca di buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya" karya Ajahn Brahm dan saya terinspirasi untuk menuliskan kembali.

Ini kisah tentang seorang pelukis yang mengalami kecelakaan, sehingga kemudian dokter harus mengamputasi lengan kanan yang biasa digunakannya untuk melukis.

Bisa dibayangkan, bagaimana sedih dan putus asanya pelukis ini, karena tidak bisa lagi melakukan hal yang paling disenangi dan dicintainya.

Setelah keluar dari rumah sakit, segera ia memanjat gedung tinggi yang mencapai puluhan tingkat.
Pelukis ini hendak mengakhiri hidupnya dengan meloncat dari puncak gedung.

Saat ia bersiap-siap hendak meloncat, sejenak ia menatap dengan heran pemandangan di bawah. Tampak seorang pria tanpa lengan sama sekali sedang menari-nari dengan gembiranya di depan gedung tersebut.

Seketika pelukis yang hendak bunuh diri ini sadar dan merasa malu. Mengapa ia yang baru kehilangan satu lengan saja, sudah hendak bunuh diri. Sedangkan pria itu kehilangan kedua lengannya masih bisa menari dengan gembira?

Akhirnya pelukis ini membatalkan niatnya dan segera turun hendak menemui pria tanpa lengan yang telah menyelamatkan nyawanya.

Setelah bertemu pria tersebut, pelukis ini berkata,"Terimakasih, Pak. Anda telah menyelamatkan saya. Ketika saya hendak bunuh diri karena kehilangan satu lengan, tapi saat melihat Anda yang kehilangan kedua lengan saja masih bisa menari gembira, saya jadi malu dan mengurungkan niat. Tolong beritahu saya, mengapa Anda masih begitu gembira?"

Dengan sedikit bingung, pria tanpa lengan itu menjawab,"Loh, siapa yang menari gembira? Saya cuma sedang berusaha menggaruk pantat saja!"
*
Dalam hidup, banyak hal yang terjadi di luar kendali kita dan tak sadar kita lakukan.
Tak masalah bila itu dapat memberikan kebaikan kepada orang lain. Apalagi sampai bisa menyelamatkan orang lain.

Tetapi yang sangat disayangkan adalah apabila yang kita lakukan itu justru mencelakai atau menyakiti perasaan orang lain.
Tanpa kita tahu hal itu kemudian mendatangkan sumpah serapah dan caci-maki.

Bila hidup kita bisa sungguh-sungguh bergembira dan memberikan kegembiraan kepada orang lain, saya kira hidup ini memang akan terasa indah!
Dengan menulispun menurut saya, dapat memberikan kegembiraan kepada orang lain.

Kalau begitu, setelah membaca tulisan ini, siapapun Anda, para sahabat, tolong sedikit berikan kegembiraannya dengan tersenyum. Percayalah, saya akan merasakan energinya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun