"Seseorang yang menghina agama orang lain, sesungguhnya ia sedang menghina agamanya sendiri."
[Raja Ashoka]
Demikian kata-kata yang diucapkan Raja Ashoka, seorang raja buddhis dua ribu tahun yang lalu yang dipahat di batu karang. Sungguh menunjukkan sebuah sikap toleransi tingkat tinggi yang bukan hanya bermakna pada jamannya. Tetapi pada kekinian terasa lebih bermakna lagi.
Kalimat tersebut selalu diingat oleh Ajahn Brahm sebagai seorang biksu untuk bersikap toleransi terhadap agama lain.
Dalam bukunya "Cerita Pembuka Pintu Hati atau di Indonesia lebih dikenal "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya" Ajahn Brahm bercerita:
Suatu kali beliau diundang oleh sahabatnya seorang pastor untuk memberikan ceramah di Christ Grammar School, pada pertemuan guru dan murid.
Beliau lalu dijelaskan tentang urutan acara yang yang harus diikuti sebelum pertemuan dimulai.
Salah satunya adalah semua peserta berjalan masuk ke ruang pertemuan perlu membungkuk hormat ke altar Yesus.
Tetapi kepada Ajahn Brahm, kepala sekolah berkata,"Karena Anda adalah seorang biksu, maka Anda tidak perlu membungkuk!"
Mendengar itu, Ajahn Brahm memberikan jawaban yang sangat berkesan bagi saya dan saya yakin para sahabat juga akan terkesan untuk merenunginya.
Ajahn Brahm berkata,"Tapi saya ingin menghormat. Saya berhak membungkuk dan menghormat.
Ada sesuatu dalam altar itu, dalam figur Yesus, yang bisa saya hormati. Itulah yang saya hormati dan hargai. Saya tidak membungkuk pada semua aspek yang ada pada altar itu, sebab ada beberapa hal yang tidak saya setujui, namun ada cukup banyak hal yang saya hargai, dan saya akan membungkuk pada apa yang saya hargai!"
Indah bukan?
Pada prinsip setiap agama pasti mempunyai doktrinnya sendiri dan pasti akan berbeda satu sama lain. Tetapi pada dasarnya setiap agama juga memiliki kesamaan.
Itulah yang bernama Cinta Kasih!
Seperti yang dikatakan Ajahn Brahm, bahwa beliau hanya membungkuk dan menghormati apa yang dihargainya, karena beliau sejujurnya juga mengakui ada hal yang beliau tidak setujui.
Secara prinsip antara Sang Buddha dan Yesus Kristus mengajarkan untuk saling mengasihi. Itulah salah satu hal yang saya kira yang dihargai Ajahn Brahm.
Ketika kita mau dan bersedia untuk berbicara tentang kesamaan dalam beragama, maka akan hadir kebersamaan. Tetapi bila kita hanya mau tertuju pada perbedaannya, maka akan lahir pertentangan dan ketidakharmonisan.
Ketika kita bisa dan bersedia untuk menjadi martabat dan kemuliaan agama yang kita peluk, maka kita tidak akan sekali-kali berani merendahkan agama lain apapun alasannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H