Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Seorang Biksu Membungkuk Hormat di Altar Yesus

10 Juni 2011   00:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:41 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Seseorang yang menghina agama orang lain, sesungguhnya ia sedang menghina agamanya sendiri."
[Raja Ashoka]

Demikian kata-kata yang diucapkan Raja Ashoka, seorang raja buddhis dua ribu tahun yang lalu yang dipahat di batu karang. Sungguh menunjukkan sebuah sikap toleransi tingkat tinggi yang bukan hanya bermakna pada jamannya. Tetapi pada kekinian terasa lebih bermakna lagi.

Kalimat tersebut selalu diingat oleh Ajahn Brahm sebagai seorang biksu untuk bersikap toleransi terhadap agama lain.

Dalam bukunya "Cerita Pembuka Pintu Hati atau di Indonesia lebih dikenal "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya" Ajahn Brahm bercerita:

Suatu kali beliau diundang oleh sahabatnya seorang pastor untuk memberikan ceramah di Christ Grammar School, pada pertemuan guru dan murid.

Beliau lalu dijelaskan tentang urutan acara yang yang harus diikuti sebelum pertemuan dimulai.
Salah satunya adalah semua peserta berjalan masuk ke ruang pertemuan perlu membungkuk hormat ke altar Yesus.

Tetapi kepada Ajahn Brahm, kepala sekolah berkata,"Karena Anda adalah seorang biksu, maka Anda tidak perlu membungkuk!"

Mendengar itu, Ajahn Brahm memberikan jawaban yang sangat berkesan bagi saya dan saya yakin para sahabat juga akan terkesan untuk merenunginya.

Ajahn Brahm berkata,"Tapi saya ingin menghormat. Saya berhak membungkuk dan menghormat.
Ada sesuatu dalam altar itu, dalam figur Yesus, yang bisa saya hormati. Itulah yang saya hormati dan hargai. Saya tidak membungkuk pada semua aspek yang ada pada altar itu, sebab ada beberapa hal yang tidak saya setujui, namun ada cukup banyak hal yang saya hargai, dan saya akan membungkuk pada apa yang saya hargai!"

Indah bukan?

Pada prinsip setiap agama pasti mempunyai doktrinnya sendiri dan pasti akan berbeda satu sama lain. Tetapi pada dasarnya setiap agama juga memiliki kesamaan.
Itulah yang bernama Cinta Kasih!

Seperti yang dikatakan Ajahn Brahm, bahwa beliau hanya membungkuk dan menghormati apa yang dihargainya, karena beliau sejujurnya juga mengakui ada hal yang beliau tidak setujui.
Secara prinsip antara Sang Buddha dan Yesus Kristus mengajarkan untuk saling mengasihi. Itulah salah satu hal yang saya kira yang dihargai Ajahn Brahm.

Ketika kita mau dan bersedia untuk berbicara tentang kesamaan dalam beragama, maka akan hadir kebersamaan. Tetapi bila kita hanya mau tertuju pada perbedaannya, maka akan lahir pertentangan dan ketidakharmonisan.

Ketika kita bisa dan bersedia untuk menjadi martabat dan kemuliaan agama yang kita peluk, maka kita tidak akan sekali-kali berani merendahkan agama lain apapun alasannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun