Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pak Presiden, Tahu Dirilah! Tolong Balas Budi Kami!

19 Mei 2011   03:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:28 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terpaksa aku mengatakan, bahwa ketika menulis cerita ini, aku sedang mengalami amnesia, sehingga banyak hal yang tertulis tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Akibat amnesia yang aku alami, banyak sekali kejadian dalam kisah ini menjadi asal tulis.

Entahlah kisah ini terjadi di negara mana, aku lupa sama sekali lokasinya.
Tahu-tahu kisah ini dimulai pada saat sedang terjadi pesta kemenangan, karena Sang Calon Presiden resmi terpilih menjadi presiden.

Sang Calon Presiden yang gagah dan ganteng meraih kemenangan mutlak atas lawannya. Selain ganteng dan digandrungi ibu-ibu, pencitraan atas Sang Calon Presiden berjalan sukses. Seakan banyak rakyat yang terhipnotis untuk menyoblosnya saat pemilih.

Ucapan selamat berdatangan dan Sang Presiden menyambut dengan wajah yang sumringah.
Sejak hari itu beliau dipanggil "Pak Presiden".
Para pendukung bersorak-sorai mengadakan pesta kemenangan dan berharap banyak pada Pak Presiden atas janji-janjinya saat kampanye.

Mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan memberantas korupsi, itulah janji manis Pak Presiden pada rakyatnya.

Kemenangan Pak Presiden tentu tidak lepas dari para pendukung dan tim suksesnya. Baik tenaga dan dana mengalir untuk mendukung kemenangan Pak Presiden.
Tentu semua itu tidaklah cuma-cuma diberikan, karena pasti berharap ada timbal baliknya dari Pak Presiden.

Atas kemenangan calon usungannya menjadi presiden, para pendukung ini juga berpesta, karena berharap akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Pak Presiden.

Pak Presiden hanya bisa menikmati senyumannya sehari-dua hari. Setelah itu seharusnya Pak Presiden mulai menggunakan seluruh kemampuan dan energinya untuk memikirkan rakyat yang memilihnya dan memenuhi janjinya saat kampanye.

Tapi bukan itu yang terjadi. Karena Pak Presiden mulai lebih memikirkan acara balas budi yang sebenarnya tidak pernah dijanjikannya.
Selain merasa tak enak hati, ada juga para pendukung yang tidak malu-malu meminta balas budi karena merasa paling berjasa atas kemenangan Pak Presiden.

"Pak Presiden, tahu diri dong, balas budi kami!" Teriak sebagian para pendukung yang haus kekuasaan dan tak sabar agar Pak Presiden memberikan jatah kedudukan.

Mau tak mau Pak Presiden harus mengalah pada nuraninya dan berusaha untuk membalas budi.
Akhirnya masalah balas budi ini yang lebih banyak menguras pikiran dan tenaga Pak Presiden daripada memikirkan rakyatnya yang masih hidup dalam kesusahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun