[caption id="attachment_110883" align="aligncenter" width="338" caption="Yanti, bukan hanya cantik wajahnya//gettyimages"][/caption]
Tak jarang wanita yang senang dan suka-suka saja bila suaminya pulang membawa banyak uang. Begitu pula saat sang suami pulang banyak membawa oleh-oleh, berupa pakaian dan perhiasan. Apalagi berupa emas, intan, dan berlian.
Sepertinya akan membuat sang istri mabuk kepayang dan amnesia, sehingga lupa untuk bertanya, darimana semua itu berasal? Apakah itu uang dan barang halal atau haram. Masa bodoh dan tidak perlu banyak tanya!
Padahal sang istri dengan jelas mengetahui berapa gaji sang suami sebenarnya. Kalau soal uang dan intan berlian, anggap saja halal semuanya selagi tidak ketahuan dari mana asalnya.
Tetapi hanya sedikit saja istri yang menjadi was-was dan takut saat menemukan suaminya pulang banyak membawa uang dan perhiasan. Bertanya-tanya dari mana semuanya itu berasal, karena tidak seperti biasanya.
Kalau dibilang ada kenaikan gaji, jelas tak akan sebanyak itu. Lalu untuk membeli perhiasan, jelas tak mungkin bisa membelinya, karena untuk keperluan pokok saja masih sering nombok dengan meminjam.
Yanti, demikian nama seorang wanita yang aku kenal, salah satu dari sedikit istri yang suka bertanya-tanya dan was-was bila menemukan suaminya membawa pulang uang lebih atau barang yang mencurigakan.
Ia akan menjadi cerewet dan menjadi bagai seorang detektif untuk menginterogasi suaminya. Yanti sangat tegas bersikap, ia tidak ingin suaminya membawa barang haram masuk ke rumahnya. Apalagi sampai menjadi makanan anak-istri. Pantang baginya, karena itu sudah menjadi prinsip hidupnya.
Apalagi suaminya berkerja disebuah bank pemerintah, bagian perkreditan. Setiap hari berhubungan dengan uang. Sangat riskan untuk terjebak dalam perbuatan memanipulasi uang atau korupsi.
Setiap saat godaan selalu datang, karena tidak sedikit nasabah yang ingin mendapatkan kucuran kredit tidak segan mengeluarkan jurus ampuhnya dengan menyogok.
Oleh sebab itu, Yanti tiada bosan untuk mengingatkan suaminya. Daripada membawa pulang banyak uang tapi haram, lebih baik kita tak usah makan. Begitu wanti-wanti wanita kecil mungil ini suatu hari pada suaminya.
Atas prinsip hidupnya ini tak jarang Yanti harus melewati harinya hanya dengan menyantap mie instan bersama suami dan kedua anaknya. Padahal kalau mau, dengan kedudukan dan kesempatan yang dimiliki suaminya, Yanti bisa makan apa saja setiap harinya. Tidak sedikit juga para nasabah yang mencari celah menggunakan cara main ke rumah dengan membawa oleh-oleh untuk Yanti. Tetapi tanpa ragu, Yanti meminta para tamunya membawa kembali barang bawaan mereka, karena Yanti tak sudi menyentuhnya. Ia juga tak rela bila sampai anak-anak memakannya.
Pernah ada tamu yang tidak mau membawa kembali oleh-oleh dibawanya, karena berharap dapat meluluhkan hati tuan rumah dan kredit yang diajukan dicairkan sebagai cara membalas budi.
Tak sedikitpun Yanti mau menyentuhnya karena ia anggap itu adalah barang sogokan. Yanti sadar, bila ada nasabah yang mau memberikan sogokan berupa barang atau uang, dipastikan para nasabah ini pasti bermasalah dalam persyaratan yang ditentukan bank.
"Yanti, semoga prinsipmu tidak luluh oleh waktu dan goyah oleh iming-iming dikemudian hari. Semoga prinsip hidupmu bisa menjadi inspirasi bagi para istri agar tidak menjerumuskan para suaminya menjadi koruptor!" Begitu aku berharap dalam hati.
Tak dapat dipungkiri, tidak sedikit suami yang menjadi koruptor karena tuntutan hidup istrinya. Tetapi Yanti, istri yang mengharamkan suaminya menerima uang haram adalah salah satu wanita yang telah menghindarkan seorang suami menjadi koruptor.
Semoga engkau tetap lebih rela melewati hari dengan makan mie goreng sepiring berempat daripada setiap hari makan mewah di hotel bintang lima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H