Kenikmatan hidup, bukanlah tergantung kepada berapa kemewahan yang bisa engkau dapatkan, tetapi seberapa hati yang berbahagia yang dapat engkau hadirkan!
[caption id="attachment_108468" align="aligncenter" width="507" caption="ilustrasi"][/caption]
*
Mungkin Anda akan mengira saya sedang membual atau bermimpi, tapi hari ini saya benar-benar berada di lokasi sebuah rumah seluas 8500 meter persegi untuk kesekiannya. Yang harga tanahnya permeter saja mencapai 25 juta. Tetapi, terus terang saya tidak pernah bermimpi untuk tinggal di rumah semewah itu.
Menurut kontraktornya, dana yang disediakan pemiliknya untuk dihabiskan adalah 1,2 triliunan khusus untuk pembangunan rumah ini.
Anda bisa bayangkan, seberapa mewahnya rumah ini? Makanya dengan nada bercanda saya katakan, apabila tinggal di rumah semewah itu, pasti kalau tidur mimpinya ketemu para bidadari setiap hari!
Uang seakan tidak menjadi masalah, karena selama pembangunan yang sudah berjalan dua tahun seringkali terjadi bongkar pasang material yang entah menghabiskan berapa banyak uang.
Mungkin saja Anda dan saya mempunyai pemikiran dan rencana tersendiri dengan uang sejumlah 1,2 triliun daripada hanya digunakan untuk membangun sebuah rumah super mewah.
Misalnya membangun perkampungan untuk orang-orang susah atau membangun rumah-rumah sederhana untuk orang-orang miskin. Atau apalah! Mungkin setiap minggu pulang pergi mengunjungi Makkah untuk membeli air zam-zam asli!
Tetapi setiap orang tentu juga mempunyai hak untuk menikmati kemewahan hidupnya sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya, tanpa merugikan orang lain. Tanpa kita sadari, kemewahan yang mereka miliki sebenarnya juga memberikan kenikmatan kepada banyak orang juga dalam bentuk pekerjaan dan materi.
Jadi, tak perlu iri, bila ada yang orang yang bisa menikmati kemewahan hidupnya dengan membangun rumah seharga triliunan rupiah.