Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Betapa Menyedihkan Bila Hal Ini Terjadi! (Menunjuk Iblis Sebagai Kambing Hitam)

9 Mei 2011   04:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam ketaatan dan menyembah Tuhan. Pagi, siang, petang, dan malam. Yakin dan percaya akan kehadiranNya.
Yakin dan percaya padaNya yang akan melindungi dan menghidupi.

Yakin dan percaya bahwa Ia akan mencatat setiap perbuatan dan membalasnya dengan balasan yang setimpal atas apa yang dilakukan.

Pagi, siang, petang, dan malam selalu beribadah dan mengingat namaNya. Tunduk dan patuh padaNya.
Tetapi, kitapun tak sungkan untuk tunduk pada rayuan kehidupan yang menentang Tuhan.

Berkompromi pada keadaan untuk tidak patuh pada perintahNya dengan berbagai alasan dan pembenaran serta pengertian sendiri.

Secara diam-diam maupun terang-terangan kita melakukan kebohongan demi mendapatkan materi dan penghargaan. Membelakangi nurani karena rayuan dan rasa takut pada manusia.

Kita tahu berbuat pahala, namun kitapun tak lupa untuk melakukan dosa.
Kita tahu seharusnya sebagai manusia adalah hidup dalam kebaikan, tetapi kita juga seakan tak kuasa untuk tidak terjerumus dalam kesalahan.
Antara sadar dan sesat mengiringi langkah kita.

Aku hanya bisa tertawa diam-diam, karena aku tak kurang demikian menjalani kehidupan ini.
Kesadaran yang ada belum juga membawaku terbebas dari kesesatan.
Betapa kasihannya, sungguh!

Beruntung ada kalimat penghiburan yang terngiang,"Namanya juga manusia, tidak lepas dari kesalahan!"
Terbersit juga kata-kata yang memberi harapan,"Masih ada kesempatan mohon ampun, Tuhan Maha Pemaaf!"

Tapi entahlah apa jadinya, bila tiba-tiba nafas itu tidak lagi dikandung badan?!
Apakah masih bisa menghibur diri dengan kata-kata penghiburan dan mohon ampunan.

Pagi, siang, petang, dan malam, selalu memanjatkan doa dan puja-puji kepada Tuhan. Namun mengapa tak juga menghadirkan kesadaran untuk patuh sepenuhnya kepadaNya.

Mengapa masih juga terjebak dalam kesalahan dan dosa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun