Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Satu Cinta Dua Agama [Tamat]

25 April 2011   12:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:25 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebelumnya 1 ,2, 3, 4,5 ,6, 7,8,9,10,11, 12, 13,14,15,16.17,18 ,19 ,20 ,21,22

[caption id="attachment_104790" align="aligncenter" width="506" caption="GettyImages"][/caption]

Fera membelalakan matanya dengan mimiknya yang lucu dan berkata,"Aha, sepertinya ini yang aku tunggu-tunggu, Koko Li! Kau melamarku, terus kita akan segera menikah dan aku akan melahirkan anak-anak yang lucu untukmu. Ehm...bahagianya saat itu. Kapan, Ko?"

"Kita atur waktunya dan segera rundingkan dengan kedua orangtua masing-masing. Ok?!"

"Ok. Orangtuaku pasti akan menerimamu dengan apa adanya. Karena yang penting adalah semua tergantung aku. Orangtuaku tinggal merestui!"

"Baguslah, kalau begitu."

Li dan Fera menghabiskan saat yang berbahagia disengaja itu. Tawa berderai dan penuh canda. Li menggenggam erat tangan Fera saat mereka berjalan meninggalkan kafe menuju pelataran parkir. Sesekali Fera menyandarkan kepalanya ke bahu Li yang bidang.

* "Menikah Ramli Tanjung dengan Triyanti", itulah sebagian kalimat yang tertulis diselembar undangan berwarna pink yang diterima Li pagi itu saat ia baru sampai di kantornya yang masih sepi. Dimana satpam yang bertugas malampun belum beranjak pulang.

Pagi itu memang sengaja datang agak pagi, karena ingin mempersiapkan bahan presentasi pada siang harinya. Antara bahagia dan dada yang bergetar Li membaca surat undangan tersebut.

"Tri, akhirnya kamu bisa melupakan aku dan rela menerima lelaki lain menjadi teman mengarungi kehidupan mahligai rumah tangga." Bibir Li berbisik dengan hati yang bergetar.

Tiba-tiba terkenang kembali masa-masa indah bersama Tri yang sampai hari masih berkesan. Bagaimanapun kesan yang ada begitu mendalam dan tak mudah untuk dilupakan dalam waktu yang singkat. Ada perasaan tak rela, namun Li menyadari gejolak hatinya dan segera berhenti untuk mengenang.

"Tri, aku pasti datang untuk turut merayakan hari kebahagiaanmu!" Li meyakinkan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun