Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Para Penulis Fiksi Ini. . . Bukan Level Saya!

19 Maret 2011   05:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:39 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Awalnya tanpa minat, namun akhirnya tersengat!
Awalnya lesu, namun akhirnya nafsu memburu!
Awalnya tak tertarik, pada akhirnya tergelitik!

Itulah kesan yang saya rasakan tentang kegiatan "Festivalfiksikolaborasi" 18 Maret ini.

Menegangkan tapi memuaskan, begitulah yang ingin saya katakan.

Awalnya Mbak Fera yang begitu antusiasnya mengajari saya tentang kegiatan ini, sampai perlu khusus menelepon saya dari jauh. Terimakasih Ya Mbak Fera!

Kemudian disusul oleh Uni Fitri yang mengajak kolaborasi dan tentu saja saya tak mungkin menolak. Terus terang berpasangan dengan Uni yang satu ini memang berbeda.
Karena terasa benar-benar sehati [ ha ha ha ].

Namun dari hati yang terdalam harus saya katakan juga, semua teman kolaborasi adalah spesial bagi saya.

Terimakasih untuk Mbak Fera, Uni Fitri, Mbakyu Venus, Ci Deasy, Neng Utami, Bu Selsa, Jeung Arimbi, Pak Odi, Mas Budi van Boil, Alfiboy, dan Bung Andy Dharma.
Semuanya begitu berarti, karena saya bisa banyak belajar pada kalian.

Sebenarnya terus terang saya tadinya berminat mengajak Bang Edi Sembiring, Bung Zulfikar Akbar, Bu Endah, Kak G, dan Emak Winda untuk berkolaborasi pada even ini.

Tetapi saya segera sadar atau tahu diri dengan kemampuan saya dalam menulis, khususnya fiksi.
Terpaksa saya mengurungkan niat, karena bagi saya mereka bukanlah level saya.
Maaf, kalau harus saya katakan!

Menulis fiksi menurut saya bukan sama halnya seperti menulis biasa. Dalam menulis fiksi diperlukan kemampuan penggunaan bahasa dan imajinasi yang tinggi.
Nah, itulah yang belum mampu saya miliki.

Sebenarnya seorang Alfian Noor memiliki kemampuan menulis fiksi yang luar biasa, dan saya diam-diam ada rasa minder. Tetapi karena masih dianggap ponakan, jadi gampang diatur [he he he ]

Khususnya untuk Pak Odi, adalah tempat bagi saya untuk bertanya soal kepenulisan karena beliau sarat pengalaman.

Sesungguhnya kalau mau jujur, kadang saya minder juga dengan semua pasangan kolaborasi.
Ada perasaan itu ketika membaca hasil tulisan mereka yang bagus dan indah.

Kembali kepada soal level, bagi saya Bang Edi, Bung Zul, Bu Endah, Kak G, dan Emak Winda, sekali lagi harus saya katakan memang level mereka diatas saya.
Sehingga saya tidak memiliki keberanian untuk mengajukan diri untuk berkolaborasi.

Tapi saya berharap ada waktunya karena dengan sering berkolaborasi sebenarnya semakin mengasah kemampuan kita dalam menulis.

Salam Kolaborasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun