Ketika berhadapan dengan Kebenaran, kita baru sadar bahwa pandangan Krishna, Buddha, Kristus, dan para Nabi lainnya sesungguhnya sama.
Memandang kehidupan dari puncak bukit, maka kita tidak lagi melihat batas-batas, karena yang terlihat hanyalah keluasan yang sama. [Inayat Khan]
Ketika kita masih berada di bawah bukit kesadaran, kita sibuk membahas dan berdebat tentang agama karena kita menganggap berbeda. Kita terkungkung pada persepsi sebagai yang paling benar.
Ketika kita masih berada di bawah bukit kesadaran, pandangan kita masih sempit dan sulit bisa melihat dengan jelas esensi Kebenaran dari setiap agama yang ada.
Tetapi . . .
Ketika kita sudah sampai ke atas bukit kesadaran maka akan bisa meluas keluasan yang sama atas Kebenaran yang berbeda dari agama-agama yang ada di dunia ini.
Ketika kita sudah berada di puncak bukit kesadaran, pandangan kita akan menjadi luas dan menyadari, bahwa Kebenaran yang dibawa para Suci dan para Nabi memiliki inti yang sama.
Ketika kita sudah di atas bukit kesadaran, maka kita akan dengan dapat melihat dengan jernih bahwa inti setiap ajaran yang dibawa para Buddha, Yesus Kristus, Nabi Muhammad, Krishna, dan Kong Hu Cu adalah sama.
Jangan berbuat jahat, perbanyak kebajikan, dan sucikan hati dan pikiran.
Bila bisa memahami Kebenaran ini, maka damailah hati dalam menempuh jodoh kehidupan mengikuti ajaran apapun.
Ketika berada di puncak bukit kesadaran, keegoan akan terlepaskan, tidak ada lagi memiliki pandangan sebagai yang paling benar. Tetapi kebenaran itu sudah bisa diimplikasikan dalam kehidupan nyata.
Sedangkan apabila kita masih berada di bawah bukit kesadaran, maka kita hanya bisa berkutat dalam pembahasan dan sibuk berdebat untuk menunjukkan diri sebagai yang paling benar.
Hanya kita sendiri yang bisa mengerti dan memahami, perjalanan spritual kita sedang berada dimana saat ini.
Berbahagialah bila sudah berada di atas bukit kesadaran. Tetapi tak perlu berkecil hati bila masih berada di bawah bukit kesadaran, karena masih ada waktu untuk menempuh perjalanan menuju ke bukit kesadaran.
Berharap kita ada waktu untuk diam-diam bergumam, "Ohhh. . ." atau berteriak,"Yeaaacch!" atau sambil tersenyum berucap,"Acch. . ."
Semoga