Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Yuk Mengundurkan Diri!

18 Februari 2011   03:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:30 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mundur demi pertanggung jawaban dan rasa malu dari ketidakbaikan, siapakah bisa melakukannya untuk menjadi terhormat?

*

Mau dibilang latah atau lebay, ya silakan saja. Tetapi ini bukan sekadar mau latah-latahan atau lebay-lebayan.
Mau dibilang tidak latah atau lebay, pasti akan bilang demikian.

Bagaimana enaknya?
Terserah yang punya pikiran saja!

Soal undur-mengundurkan diri, di negeri ini masih menjadi hal yang langka dan susah dilakukan. Terutama bagi pejabat kita , karena akan mati-matian mempertahankannya.
Walaupun bersalah tak rela rasanya mengorbankan jabatan yang diraih dengan susah payah yang menghabiskan, uang, pikiran, tenaga, dan nuraninya.

Padahal berani mengundurkan diri ketika melakukan kesalahan adalah perbuatan yang patut dipuji karena memiliki jiwa ksatria dan bertanggung jawab.

Tetapi dilain sisi, mengundurkan diri juga bisa dianggap sebagai perbuatan pengecut dan tidak gentle, dimana ketika seharusnya bertanggung jawab.
Mengundurkan diri karena ketidakmampuan untuk menjalankan pekerjaan yang harus dipertanggung jawabkan.

Sebelumnya tulisan ini mengarah kemana-mana dan tidak dapat dipertanggung jawabkan pada khalayak berkenaan dengan judul di atas, maka saya ingin kesal sebenarnya apa yang ingin saya sampaikan.

Yuk mengundurkan diri adalah sebuah bisikan atau ajakan kepada diri sendiri yang tiba-tiba hadir di pagi ini. Setelah saya pikir, sebenarnya adalah sebuah ajakan yang bagus dan indah.

Apakah maksud ajakan mengundurkan diri itu?

Melihat aroma pertikaian dan rasa permusuhan yang selalu ada disekitar, adalah lebih baik segera mengundurkan diri daripada terlibat didalamnya.
Mengundurkan diri sebagai rasa tanggung jawab pada prinsip hidup diri sendiri yang mengharapkan adanya kedamaian.

Mengundurkan diri dari segala hal yang berbau perselisihan dan saling menjelekkan, karena adanya perselisihan dan saling menjelekkan akan saling melukai perasaan dan tentu saja tiada manfaatnya.

Mengundurkan diri sebagai merasa yang paling baik dan benar dalam hidup ini dalam hal apapun juga. Karena bila hanya bisa merasa paling baik dan benar, belum tentu akan menjadikan hidupku sebagai manusia yang bisa hidup dengan baik dan benar.

Adakalanya justru ketika aku merasa yang paling baik dan benar akan menciptakan diriku sebagai yang paling jahat dan sesat.

Yuk mengundurkan diri adalah sebuah refleksi dari hati untuk mengingatkan diri, bahwa dijaman kegelapan dan banyaknya bencana agar aku segera kembali hidup sesuai nurani. Mengundurkan diri dari segala tabiat buruk dan emosi yang masih kokoh menguasai.

Mengundurkan diri segera dari keterlenaan hidup duniawi yang penuh warna-warni yang lebih mementingkan kebutuhan jasmani, agar segera kembali kepada lebih mengutamakan kebutuhan kerohanian sebagai pertanggung jawaban kepada Maha Pencipta.

Bisa segera mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari segala permasalahan hidup yang mengacaukan hati dan pikiran, menurutku adalah sebuah pilihan yang tepat. Namun membutuhkan kekuatan dan keyakinan yang maha dahsyat.

Semoga kesadaran selalu menaungi kita semua!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun