Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Saya Penulis Hebat??? Ternyata Saya Hanya Penulis Biasa!

16 Februari 2011   09:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:33 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1297848566813661896

Saya akui saya bukanlah penulis hebat menurut ilmu kepenulisan, karena saya tidak mengerti dan memahami sama sekali teori menulis. Tetapi dengan bisa menulis dengan sepenuh hati dan segenap jiwa bagi saya adalah sesuatu yang hebat.

[caption id="attachment_91158" align="alignleft" width="300" caption="GettyImages"][/caption]

Sejenak aku mengepakkan sayap untuk terbang melayang tak berpijak pada bumi. Melayang jauh menembus awan dan menghilang. Lupa diri ada dimana. Sekilas terpikirkan dalam keingingan dan menyatakan bahwa aku ini penulis yang luar biasa terbuai kata-kata indah.

Namun aku berlari segera menceburkan diri kedalam kolam dipinggir rumah untuk tertawa sepuasnya. Menertawakan diriku sendiri yang sama sekali tidak lucu ini.

Ingat kembali akan suara hatiku sendiri, bahwa aku ini hanyalah seorang yang menulis sebisanya dan bisa-bisanya menulis saja. Tidak lebih! Lebihnya mungkin hanya kebetulan setiap hari bisa menghadirkan tulisan.

Untuk hal ini, mungkin aku boleh berbangga menepuk dadaku yang bidang ini. Karena tidak setiap orang bisa melakukannya. Mencurahkan hati dan waktu untuk terus menulis setiap hari sepanjang waktu tanpa khawatir kehabisan ide dan inspirasi.

Tetapi untuk dikatakan penulis yang luar biasa, tunggu dulu! Namun kalau maksudnya luarnya biasa, ya memang aku ini penampilan luarnya hanya biasa saja. Bahkan terlalu biasa.

Aku hanya bisa sejenak saja merasakan menjadi luar biasa dan kemudian tertawa, bahwa aku ternyata memang hanya bisa menulis dengan cara yang biasa. Bahkan aku tidak tahu bagaimana caranya menulis yang baik dan benar.

Menggunakan penggunaan tata bahasa yang benar dan tepat aku hanya mencoba meraba. Seperti ketika hendak menulis kata "merenda" aku masih belum paham yang benar itu merenda atau merendah. Sampai kemudian harus mencari di kamus.

Ketika aku melihat diriku kembali, aku merasa memang tidak ada apa-apanya dalam hal menulis. Apa yang saya tulis ya hanya begitu saja!

Belum bisa menghasilkan karya-karya bermutu yang membuat orang lain terpana dan terpaku serta terbius membacanya. Membuat orang lain selalu merindukan dan mengundang banyak pembaca. Masih jauh dan jauh dari hebat.

Jauh untuk dibandingkan dengan para penulis hebat di Kompasiana ini saja. Entahlah, tiba-tiba saya merasa rendah diri. Namun menguatkan hati untuk menuliskan hal ini.

Bila dibandingkan dengan rekan-rekan lama seperti Bang Edi Santana, Bang Zulfikar Akbar, Mbak Mariska Lubis, dan Bu LH, saya jadi tertawa sendiri.

Ada lagi para penulis yang menjadi pendidik dan pengamat media yang tulisannya selalu menjadi rujukan dan headlines disini, misal Pak Wijaya Kusuma, Pak Johan Wahyudi, Bung Gusti Bob, Bung Kimi Raikko, Mas Herman Hasyim, Bung Yusran Darmawan, dan juga Om Doddy Poerbo (Salam Tempel) serta Pak Odi Shalahuddin dan Andi Hariyanto.

Untuk tulisan fiksi sebenarnya dengan perasaan tak enak hati, saya mencoba menulis dengan tertatih-tatih malu dengan para penulis fiksi yang sudah mumpuni, seperti Mbak G, Bu Endah Raharjo, dan Alfian Noor.

Sebenarnya masih banyak penulis hebat lainnya. Hanya kebetulan saya ada berinteraksi dan membaca karya mereka yang mau tidak mau memaksa diri untuk belajar.

Setelah sekian lama menulis, sebenarnya saya tidak peduli dengan posisi atau level saya ada dimana. Penulis hebat, produktif, biasa, terlalu biasa atau bahkan dicap sebagai penulis asal tulis sekalipun.

Yang lebih dari segalanya adalah dengan menulis saya bisa belajar banyak tentang hidup ini. Dengan menulis saya memiliki kesempatan untuk menggali mutiara-mutiara kata yang ada di dasar hati.

Dengan menulis membuat saya selalu terinspirasi dan termotivasi untuk berkarya. Dengan menulis minimal membuat waktu yang ada menjadi sedikit bermakna melalui sebuah jejak yang _mungkin_ akan menjadi sejarah.

Dengan menulis membuat saya memiliki kesempatan untuk berbagi kata, inspirasi, dan motivasi kepada para sahabat yang membutuhkan.

Jadi, lebih dari semuanya itu, dengan menulis membuat saya bahagia dan ada kepuasan batin yang menyegarkan jiwa saya!

Saya merasa lebih hebat bila bisa memiliki keinginan untuk tidak menjadi penulis hebat. Tetapi cukup menjadi penulis yang merakyat dan bisa berbuat dengan apa yang telah saya tuliskan.

KatedraRajawen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun