Bila standar kebahagiaan kita hanya kepada terpenuhinya keinginan, maka kita akan selalu dalam keadaan tidak bahagia. Karena manusia selalu penuh dengan keinginan.
Padahal kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika manusia bisa menghancurkan segala keterikatan akan keinginan yang ada di dalam dirinya.
Ketika segala keinginan duniawi bisa dilepaskan, maka dalam duduk di kursi reot sambil menikmati segelas air putihpun hatinya akan diliputi kebahagiaan.
Tanpa harus ke Bali melihat pemandangan dan hanya memandangi bentangan sawah disamping rumahpun kebahagiaan bisa dimiliki.
Sebab sesungguhnya kebahagiaan itu adalah milik hati yang telah lepas dari segala kemelekatan. Tidak ditentukan oleh terpenuhinya keinginan, tetapi justru karena bisa melepaskan keinginan hati.
Jadi sesungguhnya kebahagiaan itu sangat dekat dengan diri kita. Tidak perlu mencarinya jauh-jauh, apalagi sampai dengan mencurinya. Kebahagiaan adalah milik setiap manusia yang telah bisa melepaskan segala keinginan yang mengikatnya.
Selama masih dipenuhi dengan keinginan-keinginan, maka selama itu juga kita akan terus mencari kebahagiaan itu. Sayangnya ketika terpenuhinya, hanyalah kebahagiaan yang semu, bukan kebahagiaan sejati.
Selama kita hidup hanya untuk mencari kebahagiaan, maka kebahagiaan akan semakin menjauh. Tetapi kita harus menyadari satu hal, bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu tepat ada disini, di dalam hati yang tidak terikat oleh keinginan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H