Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hidup Adalah Belajar Tiada Akhir (Aku dan Sang Guru)

26 Januari 2011   15:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:09 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang yang merasa sudah cukup untuk belajar sesungguhnya ia sedang menuju kepada kebodohan!

*

Walaupun Sang Guru sudah renta, tetapi semangat hidupnya tak kalah dengan yang muda. Semangat hidup untuk terus menyebarkan kebajikan kepada sesama.
Energinya memang luar biasa untuk memberikan arti bagi kehidupan ini.

Menjadi guru bagi siapa saja yang ingin belajar tentang kebenaran universal. Tidak terbelenggu oleh sekat-sekat agama dan kepercayaan. Karena kebenaran yang dibicarakan adalah kebenaran nurani yang setiap manusia memilikinya.

Sang Guru mengatakan, bahwa setiap hari ia masih belajar dari kehidupan. Belajar dari setiap hal yang dialami. Belajar menjernihkan nuraninya. Belajar memaknai setiap peristiwa.
Sebab belajar adalah proses yang harus ada ketika nafas ini masih ada.

"Ketika niat belajar telah dihentikan, maka seseorang sedang menuju kepada kemunduran. Ketika saat merasa sudah cukup, maka sesungguhnya ia sedang membohongi dirinya. Karena tidak akan ada kata cukup untuk belajar!" Demikian Sang Guru berpesan kepada murid-murid dalam pertemuan rutin di padepokan.

Selanjutnya Sang Guru berkata,
"Ketika seseorang merasa ia telah banyak dan cukup belajar, maka timbullah hati kesombongan di dalam dirinya. Sebab merasa telah tahu segalanya. Padahal sesungguhnya yang diketahui belum ada apa-apanya."

Sepertinya Sang Guru ingin mengingatkan seorang murid yang paling pintar bernama Di, yang suka memamerkan kepintarannya. Suka berdebat dan terlihat mulai malas belajar.

"Bahkan untuk belajar mengenal dirimu sendiri yang paling dekat sekalipun, belum tentu bisa engkau pelajari sepanjang hidup.
Ilmu kebenaran nurani begitu dalam dan luas, siapakah yang sudah mampu menyelami dan menjelajahinya. Aku sampai saat ini belum mampu. Sebab tak terbatas luas dan dalamnya.

Jadi, siapa yang sungguh berani merasa dan mengatakan, bahwa telah banyak yang ia tahu dan tak perlu lagi belajar? Aku ingin belajar padanya!"

Di terlihat salah tingkah dan mukanya berubah warna. Namun terlihat ia berusaha menenangkan hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun