Semua keluhuran budi dan ajaran para nabi, kebanyakan jadi teori. Santapan dan siraman rohani menguap begitu saja membumbung tinggi.
Begitu banyak catatan kelam yang bisa membuat kita tertawa dan geleng-geleng kepala. Antara percaya dan heran. Bertanya mengapa dan mengapa semua ini bisa terjadi di negeri tercinta.
Korupsi dipastikan menduduki urutan pertama, karena ada di mana-mana dan hampir semua pejabat berlomba-lomba melakukannya.Â
Dari tingkatan paling rendah sampai jajaran mentri. Padahal semua agama dengan tegas mengajarkan, bahwa mengambil sesuatu yang bukan miliknya adalah perbuatan mencuri dan itu dosa!
Tetapi hampir semua penduduk di negeri ini yang memiliki kesempatan korupsi rela menutup telinga dan menutup hatinya.Â
Mumpung ada kesempatan, kapan bisa lagi, anggap saja ini rejeki. Mungkin kira-kira otak kita dibisiki.
Tak heran, perbuatan korupsi seakan sudah menjadi budaya yang mungkin sebentar lagi dipatenkan menjadi milik bangsa ini.Â
Dilakukan secara berjamaah dan penuh suka cita. Yang tidak mau melakukannya malahan dijadikan musuh bersama dan disingkirkan.
Korupsi telah merajalela, menjalar menjadi penyakit kronis yang sangat sulit untuk disembuhkan. Menjelma bagaikan penyakit kanker stadium 4. Kemungkinan perlu diamputasi dan dilakukan operasi yang bisa merengut nyawa.
Lucunya adalah semua pakar hukum tahu perbuatan korupsi itu sangat merugikan dan merusak tatanan kehidupan. Tetapi hukuman untuk para koruptor sangat ringan, dan kemudian dengan hasil korupsinya para koruptor dengan enteng merogoh koceknya untuk mendapatkan keringanan lagi.Â
Karena para pakar hukum juga akan dengan suka rela membela, dengan nilai rupiah atau dolar dalam jumlah yang bisa untuk beli mobil mewah.Â