Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sari, PSK yang Ingin Sadar dan Punya Cita-cita (Inspirasi Untuk Wanita 10)

20 Januari 2011   11:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:21 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_60465" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (shutterstock)"][/caption]

Setiap manusia memiliki keinginan untuk hidup yang lebih baik. Cuma terkadang ketidaksadaran yang membuat manusia terjatuh. Tetapi oleh sebuah tekad yang kuat, maka bisa mengubah segalanya….

* Menyebut nama Sari, jadi ingat minuman buah segar dalam kemasan yang sering diiklankan. Tetapi Sari yang kukenal ini justru sukanya buka-bukaan. Ya, buka-bukaan di depan lelaki yang bersedia membayarnya! Itu wajar karena memang pekerjaannya sebagai seorang PSK yang harus bersedia membuka bajunya.

Aku yakin tidak ada wanita yang mau bercita-cita jadi pekerja seks. Yang terjadi adalah terjerumus dan terpaksa dengan tangisan di hati. Begitu juga dengan Sari yang menjalani profesi sebagai pekerja seks. Karena dihianati suaminya yang kawin lagi.

Demi untuk menyambung hidup bersama seorang anaknya ia terpaksa harus bekerja apa saja. Salah satu pilihan adalah menjadi PSK di Bantam. Tetapi kepada keluarga dan anaknya ia mengaku bekerja di restoran. "Malu!" Demikian alasanya.

Sebenarnya aku mengenal Sari secara kebetulan saja di rumah seorang teman yang sekarang menjadi istri. Waktu itu memang ia mengaku bekerja di sebuah restoran di Batam. Kebetulan sedang cuti pulang ke kampung. Aku juga tidak begitu berkesan dan tidak begitu memperhatikan waktu itu.

Sebab penampilannya biasa saja. Jauh dari mempesona. Malah terlihat di mukanya banyak jerawat. Hanya itu yang kuingat! Tak heran ketika secara kebetulan aku ke Batam dan mencari yang bernama Sari itu di Belakang Padang, orang-orang bertanya balik, Sari yang mana? Langsung aku ingat jerawatnya. Sari yang jerawatan itu. Ajaib, langsung dipertemukan dengan seseorang yang bernama Sari dan benar itu orangnya!

Walaupun di mataku tidak spesial dan mempesona, tapi entahlah, bagi tamu-tamunya pasti memiliki sesuatu yang spesial. Tak heran tamunya banyak encek-encek dari Singapura dan menjadi peliharaan seseorang penting di Batam yang bekerja di perminyakan.

Sebenarnya aku kaget juga menemui kenyataan, Sari bekerja sebagai PSK, karena sebelumnya ia mengaku bekerja di restoran. Tentu saja Sari juga kaget melihat kedatanganku. Apa lacur, ya sudah bertemu dan aku tahu profesinya. Akupun tidak perlu ragu menemuinya. Bagiku ia sama seperti manusia lainnya.  Apakah pekerja seks adalah profesi yang hina? Aku tidak beraninya menghinanya, atau justru aku yang menjadi lebih hina   .

Sebagai hadiah spesial, bukannya mengajak aku tidur dengannya tetapi justru banyak bercerita tentang dirinya. Bersyukur juga, ia tidak menawarkan sesuatu yang spesial waktu itu. Coba kalau ditawarkan, tentu tak bisa dibayangkan.

Alasannya,"Aku tidak berani macam-macam karena tidak enak hati dengan pacar abang!"

Akhirnya cerita sana cerita di lokalisasi tempatnya melacurkan diri bersama dengan puluhan wanita yang hampir semuanya dari pulau Jawa. Sari sudah berjanji tidak ingin terus menjalani profesinya ini. Ia sudah bertekad mengumpulkan uang dan kemudian membuka usaha di kampungnya di sebuah daerah ujung pulau Jawa.

Sari, mungkin satu dari sekian wanita yang terpaksa menjual tubuhnya demi masa depannya dan anaknya. Satu hal adalah walaupun bekerja sebagai PKS, ia masih punya rasa malu dan sadar untuk segera beralih profesi dengan uang yang dikumpulkannya.

Bisa menyadari kesalahan dan hendak mengubahnya tentu dibutuhkan kejernihan hati, dan Sari memilikinya. Tidak semua orang yang terjerumus hidup dalam kesalahan bisa melakukannya. Sari ingin meninggalkan masa kelamnya tanpa ingin diketahui anaknya semata wayang yang disayang.

Mungkin tidak terlalu luar biasa apa yang ingin dilakukan Sari, tetapi bagaimanapun aku harus angkat topi atas kesadarannya untuk berubah. Dari masa suram menjadi terang. Harapanku, saat ini ia telah menjadi wanita yang solehah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun