Sang Guru yang bijak dan penuh senyum, menjadikan siapa saja yang berada di dekatnya menemui kedamaian. Emosinya menurutku sudah mencapai titik nol, sehingga tiada hal yang dapat memancing kemarahannya. Tentu berbanding terbalik dengan diriku yang masih suka lepas kendali.
Satu hal lagi adalah setiap kata-kata Sang Guru selalu menjadi inspirasi bagi siapa saja yang ingin belajar.
Aku menemukan begitu banyak catatan di ruang dimana Sang Guru menghabiskan waktu dikala malam.
Aku mencoba membacanya satu demi satu dalam tulisan indah.
Begitu menginspirasiku pikiran dan hatiku.
Aku tidak hanya sekadar membaca, tetapi berusaha memaknai dibalik setiap kata-kata yang ada. Berusaha memahami dengan hati untuk menyadari kebenaran yang ingin diajarkan Sang Guru.
*
Ketika engkau merasa bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa, ingin kukatakan kepadamu, sesungguhnya engkau sangat luar biasa dan memiliki segalanya.
Ketika engkau merasa bangga dengan statusmu dan merasa telah memiliki segala kelebihan, sesungguhnya engkau bukan siapa-siapa dan tak memiliki apapun juga.
*
Ketika engkau hidup dalam ketinggian hati, sesungguhnya engkau sedang menuju kepada kejatuhan yang menyedihkan dan mendatangkan tangisan dikemudian hari.
Tetapi saat engkau bisa hidup dalam kerendahan hati, sesungguhnya engkau sedang menuju ke tempat untuk ditinggikan dalam wajah yang berseri.
*
Ketika engkau bisa selalu berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan, sesungguhnya engkau sedang melatih dirimu untuk menggunakan hati dalam berperilaku.
Tetapi ketika engkau hidup semaunya dalam berperilaku, sesungguhnya engkau sedang menjerumuskan dirimu untuk menjadi tidak berhati.
*
Ketika engkau berbicara tentang kelebihan-kelebihanmu kepada orang lain, dan mengingatkan bukan bermaksud menyombongkan diri, tetapi sesungguhnya engkau sedang menunjukkan kebesaran ego yang adalah saudaranya kesombongan.
Ketika engkau sedang berbicara tentang kekurangan-kekurang orang laing, ingatlah bahwa engkaupun masih banyak memiliki kekurangan yang seharusnya diperbaiki.
*
Ketika engkau menyirami tubuhmu dengan air untuk membersihkannya dari daki-daki, ingatlah pula untuk membersihkan hatimu yang masih diselimuti daki. Daki kesombongan, keserakahan, rasa iri, dengki, dan benci.
Ketika engkau mencuci dan membersihkan sesuatu yang menjadi milikimu, ingat pula untuk serta membersihkan hatimu.
*
Ketika nuranimu dipadamkan, maka engkau sedang hidup dalam kegelapan, walaupun engkau sedang diterangi cahaya lampu.
Ketika emosi sedang menguasaimu, maka tiada bedanya dirimu dengan setan. Cobalah berkaca ketika emosimu belum mereda. Tidakkah engkau malu akan dirimu?
*
Sebenarnya masih begitu banyak kata-kata inspirasi Sang Guru yang kubaca. Tetapi saat ini, aku lebih tertarik yang berbicara tentang hati.
Aku sedang berlatih lebih keras lagi untuk menguasai hatiku yang masih jauh dari ketenangan.
Emosi yang ada, seringkali telah menghanyutkan kebaikan hatiku.
Sang Guru sungguh mengerti keadaanku. Oleh sebab itu ia lebih banyak bicara tentang menyelami hati padaku.
Aku telah bertekad, tak ingin sia-sia lagi melatih hatiku.
Aku tidak ingin menjadi manusia awam yang hidup hanya seadanya mengikuti jodohnya. Aku bertekad ingin melampauinya dan terus berlatih.
"Sahabatku, tekadmu dan keyakinanmu, suatu waktu pasti akan membawa sebuah pencapaian!"
Begitu Sang Guru memberikan dorongan yang membakar jiwaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H