Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Samudra Hati (50k - Aku dan Sang Guru)

10 Januari 2011   00:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:46 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati adalah samudra yang luas dan dalam, penuh dengan harta karun mutiara-mutiara kebenaran yang tiada habis untuk diambil. [caption id="attachment_83936" align="aligncenter" width="300" caption="dalamnamayesus.wordpress.com"][/caption]

* Waktu terus berpacu dengan berbagai keinginan hati. Tetapi aku menggunakan waktu yang ada untuk melatih diri. Pengendalian hati untuk tidak terbuai nafsu dan terbakar emosi. Menempa diri dalam kesunyian untuk mencari jawaban-jawaban atas misteri kehidupan. Mencari jawaban atas fenomena yang ada pada kenyataan hidup yang seringkali tak dapat diterima logika.

Semakin hari aku terus menyelami, tetapi aku belum menemukan tepian samudra hati, membuat aku untuk semakin menyelami. Mengenai luas dan dalamnya hati Sang Guru berkata,"Bila engkau bertanya tentang luas dan dalamnya hati, maka jawabannya adalah seluas dan sedalam kemampuan yang bisa engkau selami! Engkau tak akan menemukan ujung ataupun batasnya."

Dilain waktu Sang Guru juga berkata,"Samudra hati adalah sumber mutiara-mutiara kebenaran yang telah ditaburkan Tuhan kedalam setiap tubuh manusia. Didalam tubuh yang tak seberapa tetapi ada samudra kebenaran yang luas dan dalamnya tak terjangkau. Tentu ini tak bisa diukur dengan logika dan pikiran. Tetapi semakin engkau berpikir akan semakin tidak terjangkau dan itu justru membuktikan keluasan dan kedalaman samudra hati manusia."

"Hati adalah samudra kebenaran. Begitu banyak mutiara-mutiara kebenaran yang dapat diambil. Bagaimana aku bisa menemukannya, guru?" Aku bertanya untuk memastikan apa yang telah dikatakan Sang Guru.

"Ketenangan hati, sahabatku. Oleh sebab itulah manusia harus berlatih untuk dapat menenangkan hatinya. Ketika ketenangan telah hadir, maka akan ada kedamaian dan bersemilah mutiara-mutiara kebenaran itu untuk dipetik. Itulah dikatakan, sesungguhnya kebenaran sejati itu ada di hati. Kebenaran yang diluar itu bukanlah yang sejati lagi.

Hati ibarat adalah gudang harta karun. Nilainya tidak ternilai dengan mutiara-mutiara yang berkilauan. Tidak ada harta di dunia yang dapat menyamainya. Maka bagi manusia yang telah mengerti, ia tidak akan lebih sibuk memburu harta kekayaan diluar dirinya. Sebab harta karun yang ada didalam dirinya tiada habis untuk diburu dan digali."

"Ya, aku bisa menemukan contoh yang nyata itu pada guru yang telah rela meninggalkan hiruk-pikuk keduniawian untuk memburu kekayaan. Guru lebih memilih berburu kekayaan hati dan kebaikan sejati dengan melayani!" Kataku dengan rasa hormatku.

"Apakah demikian? Semua yang terjadi adalah semata-mata karena kesadaran nurani. Semuanya adalah tanggung jawab ketika kebenaran itu telah hadir. Semua yang ada adalah semata-mata panggilan kehidupan. Setiap orang bisa melakukannya bila mau."

Sang Guru, demi memilih melayani umat manusia untuk menyebarkan kebaikan tidak lagi memikirkan kehidupan pribadinya. Ia tidak mengikat dan membelenggu dirinya untuk berkeluarga. Baginya dunia ini adalah rumahnya dan umat manusia adalah keluarganya. Yang lebih tua adalah sebagai ayah ibunya dan yang lebih muda dianggap sebagai anak-anaknya. Sedangkan yang seumur dengannya dianggap sebagai sahabat. Demikian luas dan dalam samudra hati Sang Guru atas kebenaran dan kebaikan.

"Hati adalah juga ibarat cermin dan setiap hari perlu dibersihkan dari debu, sehingga selalu bening dan bisa digunakan sebagaimana fungsinya. Ia adalah tempatnya berkaca untuk melihat kesalahan-kesalahan. Sungguh hati wajib dijaga dan dirawat agar tetap dapat berfungsi dengan baik dan benar!" Setiap waktu Sang Guru selalu berbicara dari hatinya untuk menyirami rohaniku yang belum dapat mencapai ketenangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun