Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kelahiran dan Kematian (50k - Aku dan Sang Guru)

5 Januari 2011   00:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:57 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dapatkah kita memilih untuk tidak dilahirkan, sehingga tidak perlu mengalami kematian? Mengapa manusia harus dilahirkan lalu menuju kepada kematian?

*
Bagiku, bertemu Sang Guru setelah lama dalam pencarian adalah jodoh baik menuju kepada kehidupan. Banyak hal tentang kehidupan yang masih buta bagiku, sedikit demi sedikit mulai terkuak. Walau masih jauh dari pencerahan sejati. Tetapi minimal rohaniku mulai tumbuh dan mengerti akan siapa diriku.

Seperti biasa, setiap senja Sang Guru selalu menyediakan waktu untuk berdiskusi atas membahas tentang kehidupan.
Aku yang masih dalam kesesatan dan kebimbangan selalu memanfaatkan waktu untuk menyelami kebenaran bersama Sang Guru.

"Guru, di dunia ini setiap hari silih berganti terjadi kelahiran dan kematian. Mengapa manusia harus dilahirkan bila pada akhirnya harus mengalami kematian?
Apakah ini pilihan atau ketentuan?"

Merenungkan sejenak Sang Guru untuk memahami apa yang menjadi pertanyaanku.

"Tentang hal ini, kelahiran dan kematian, di dalam masing-masing agama telah menjelaskan. Memang ada perbedaan pemahaman akan hal ini. Masing-masing memiliki kebenarannya. Hukum tentang sekali kelahiran dan kematian atau kelahiran dan kematian berkali-kali, tentu memiliki argumen dan kebenaran yang mendukung.

Kelahiran dan kematian adalah pasangan abadi selama adanya kehidupan.
Kelahiran adalah awal dari kematian dan sesungguhnya kematian juga adalah awal dari kelahiran. Demikian yang dijelaskan dalam hukum karma. Tetapi tidak semua umat manusia mau menerima pemahaman ini yang meyakini kelahiran dan kematian hanyalah sekali saja.
Bahwa hidup di dunia hanya memiliki dua pilihan saja setelah kematiannya. Pergi ke surga atau neraka. Tidak ada opsi untuk terlahir kembali.

Pertanyaan yang ditanyakan, mengapa aku dilahirkan kemudian harus mengalami kematian?
Telah ada kisah-kisah yang menjelaskan. Salah satunya adalah bahwa pada awalnya manusia bertempat tinggal di surga. Menikmati kebahagiaan sepanjang waktu.
Tetapi karena satu dosa, akhirnya diturunkan ke bumi dan beranak pinak sampai saat ini.

Ada lagi yang mengatakan bahwa manusia yang semua tinggal di surga, diturunkan ke bumi untuk mengurusi bumi sebagai karya Tuhan.
Untuk menguji dan memilih mana yang sesungguhnya layak untuk tinggal di surga.
Ibaratnya dunia ini adalah sebuah sekolah bagi manusia."

"Ya, semua itu aku pernah mendengar dan tak tahu mana yang paling benar. Hanya keyakinan yang membenarkan." Aku menyela.

"Sesungguhnya masih banyak misteri akan kelahiran dan kematian yang harus dialami manusia. Tetapi pada kekinian semua telah terjadi. Telah mengalami kelahiran ke dunia ini dan kematian pasti harus mengalami kematian.

Bagaimana memaknai kelahiran sebagai kesempatan untuk berbuat kebaikan dan menjadi manusia yang sesungguhnya itulah yang terpenting. Tuhan telah memasang sebuah radar sebagai petunjuk kembali ke surga pada setiap manusia. Jadi tak perlu ada yang dikhawatirkan lagi.

Tetapi umumnya manusia menerima kelahiran dengan suka cita dan melepaskan kematian dengan duka cita. manusia yang bijak justru menerima kelahiran sebagai duka cita, tetapi melepaskan kematian dengan suka cita.

"Begitukah, guru? Aku mencoba memahami."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun