"Pantaskah saya marah, walaupun ia bersalah?"
"Pantaskah saya marah, walaupun ia tidak mendengar perkataan saya?"
"Pantaskah saya membencinya, walaupun ia menghina saya?"
"Pantaskah saya membalas perbuatannya, walaupun ia yang memulai?"
"Pantaskah saya membunuhnya, walaupun ia telah menginjak harga diri saya?"
"Pantaskah saya sombong, walaupun saya kaya dan pintar?
Pantas atau tidak pantas, tergantung standar mana kita yang kita gunakan. Apakah menggunakan emosi, pikiran, atau nurani?
Tetapi kita akan menemukan jawaban yang benar dan menyejukkan pada saat nurani kita sebagai patokan.
Bukan ukuran duniawi dan kepintaran semata.
Manusia yang bisa menggunakan nuraninya sebagai patokan akan bisa melampaui kepintaran dan emosinya. Mungkin apa yang dilakukannya terlihat bodoh dalam pandangan orang lain, tetapi ia telah berlaku yang seharusnya.
Ketika timbul keinginan, "saya pantas marah pada orang lain", dan kemudian merenungkan, "pantaskah saya marah?", yang ada selanjutnya adalah "saya yang pantas dimarahi!"
Karena orang yang bernurani, selalu merasa dirinya yang paling bersalah.
Entahlah, apakah pantas atau tidak saya menulis tentang hal ini?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H