Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Pantas...! Pantaskah Saya...?

21 Desember 2010   10:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:32 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Saya pantas melakukan itu dan kamu pantas menerimanya. Kalau saya tidak melakukannya justru salah!"


Manusia adalah makhluk yang suka mencari pembenaran atas apa yang dilakukan.
Pembenaran yang dilakukan tentunya bertujuan untuk mengklaim apa yang dilakukannya adalah benar.
Tetapi sebenarnya pembenaran-pembenaran yang dilakukan justru semakin menjebak manusia dalam kesalahan. Karena pada akhirnya pembenaran tidak akan membenarkan dirinya.

Seringkali kita terjebak dalam perbuatan ini dan akhirnya itu menjadi sifat atau karakter yang sudah sekali untuk diubah. Pembenaran demi pembenaran dan kita menganggap itu adalah hal yang benar.
Kita selalu menganggap bahwa saya pantas untuk melakukan itu karena alasannya benar.

"Saya pantas marah, karena kamu salah!"

"Saya pantas marah, karena kamu tidak mau mendengar perkataan saya!"

"Saya pantas membencinya, karena kamu menghina saya!"

"Saya pantas membalas perbuatanmu, karena kamu yang memulai!"

"Saya pantas membunuhnya, karena ia telah menginjak harga diri saya!"

"Saya pantas sombong, karena saya kaya dan pintar!"

Masih banyak kalimat " Saya pantas. . ." lainnya yang seiring kita wujudkan dalam perbuatan.
Kita menganggap semua kepantasan yang memang harus dilakukan.
Tanpa kita sadari dalam hal ini terjadi perilaku angkuh dan arogan. Tetapi kita tetap merasa itu benarnya adanya,

Mengapa kita tidak mengubah kalimat "Saya pantas. . .!" menjadi "Pantaskah saya . . .?", Sehingga timbul suatu perenungan sebelum kita melakukan sebuah perbuatan. Menjadi sebuah kalimat indah, menyejukkan, dan terkandung kerendahan hati?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun