Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sri Sultan HB X, Teladan Seorang Suami

3 Desember 2010   17:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:03 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1291453776909384972

Bisa setia pada satu istri, padahal memiliki hak dan kesempatan untuk memiliki lebih, adalah sebuah teladan yang patut ditiru dari seorang Sri Sultan HB X...

[caption id="attachment_78446" align="alignleft" width="300" caption="primaironline.com"][/caption]

Beberapa hari terakhir ini nama Yogyakarta dan Sri Sultan HB X mendadak menjadi berita berkenaan dengan pernyataan Bapak SBY tentang kemonarkian Kesultanan Yogyakarta yang menimbulkan kecaman. Pernyataan Presiden SBY seperti sedang membangun macan yang sedang tidur. Sampai ada wacana Yogyakarta lebih baik menjadi negara merdeka saja. Menurut pihak kepresidenan, sebenarnya semua adalah kesalahpahaman semata.

Terlepas dari semua urusan politik yang menjlimet, saya lebih terkesan untuk menulis sosok Sri Sultan dari sisi lain sebagai raja, yakni sebagai seorang manusia yang sederhana dan suami yang setia pada satu istri saja. Sang istri yang ayu jelita itu bernama Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas yang telah memberikan lima putri. Yakni, Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nurmalita Sari, Gusti Raden Ayu (GRAy) Nurma Gupita, Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nurkamnari Dewi, Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nurabra Juwita, Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nur Astuti Wijareni.

Sri Sultan lahir dengan nama Bendoro Raden Mas Herjuno Darpito pada 2 April 1946. Ketika dewasa mendapat gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Mangkubumi. Setelah diangkat sebagai putra mahkota diberi gelar KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Raja Putra Nalendra Mataram. Kemudian pada  7 Maret 1989 menggantikan ayahnya, Sri Sultan HB IX sebagai  raja di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Saya masih ingat dengan salah satu episode acara "Kick Andy" yang ditayangkan Metro TV yang menghadirkan Sri Sultan HB X sebagai bintang tamu. Sebagaimana kita ketahui, Sri Sultan adalah sosok pria yang sederhana sebagai raja.

Dalam acara tersebut, Andy F Noya sebagai pembawa acara menanyakan satu hal yang sangat penting sekali berkenaan dengan kedudukan Sri Sultan sebagai raja. Pertanyaannya adalah Mengapa Sri Sultan yang memiliki kapasitas sebagai raja yang memiliki kekuasaan dan restu untuk boleh memiliki lebih satu istri, tetapi tidak digunakan?

Jawaban yang diberikan Sri Sultan sungguh berkesan bagi saya sampai saat ini. Sri Sultan menjawab, bahwa beliau pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki ayah yang lebih dari satu istri, sehingga beliau tidak ingin hal itu terjadi pula pada anak-anaknya.

Jawaban yang sangat bijak sekali dari seorang pria sejati menurut saya. Bisa dibayangkan, bagaimana sulitnya seorang ayah yang juga sebagai raja yang sibuk memiliki istri lalu melahirkan anak-anak yang begitu banyak. Tentunya hal ini berhubungan dangan perhatian dan kasih sayang.

Sri Sultan tidak aji mumpung memanfaatkan keadaan dan statusnya, seperti yang terjadi pada para tokoh agama yang begitu bernafsu beristri banyak dengan memanfaatkan dalil agama membolehkan. Kemudian dengan lantang mengutip ayat-ayat kitab suci.                                                                                                                                                       Kepribadian inilah yang menurut saya sangat perlu untuk kita teladani sebagai seorang pria. Tidak mengedepankan nafsu tetapi mengedepankan keluhuran budi. Lebih memilih menjadai setia daripada buaya.

Semoga saya pun bisa demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun