Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kitab Suci, Adakah yang Orisinil?

9 November 2010   00:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:45 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1289264107739247435

Adakah Kebenaran Yang Orisinil Didalam Kitab Suci Yang Ada Saat Ini? Seharusnya Bisa Dipahami Dengan Kebenaran Sejati Yang Ada Pada Setiap Diri Kita, Hati Yang Orisinil Yang Kita Miliki!

filsafat.kompasiana.com

Setiap agama memiliki kitab suci sebagai tuntunan hidup bagi umatnya. Kitab suci diakui adalah berisi wahyu Tuhan yang disampaikan melalui manusia kepercayaanNya, sabda-sabda suci Para Nabi, dan wejangan manusia bijak pada jamannya.

Al-Qur'an, Injil, Tripitaka, Weda, Tao Te Cing, Su Si, dan Taurat adalah dianggap kitab suci oleh umat masing-masing agama yang memiliki kitab suci tersebut. Seperti kita ketahui kitab-kitab suci yang pada saat ini adalah ditulis sekian lama setelah Para Suci yang menyebarkan ajarannya telah wafat. Karena pada saat itu semuanya disampaikan secara lisan. Dengan kata lain kitab-kitab tersebut ada bukan pada saat manusia yang mengajarkan masih ada. Tetapi adalah atas upaya dari para pengikutnya yang percaya untuk menuliskannya dalam tulisan kemudian. Mengetahui kenyataan ini, tentunya timbul pertanyaan, apakah semua kitab suci, seluruhnya tertulis sesuai seratus persen dengan apa yang disampaikan? Tidak ada penambahan dan pengurangan disana-sini! Pada kenyataannya setiap umat beragama tentu juga menyakini kebenaran kitab sucinya adalah orisinil. Benar begitu adanya. Tidak terbantahkan! Dengan berbagai dukungan bukti dan penelitian yang sahih. Walaupun dikemudian hari ditemukan juga bukti dan kebenaran yang baru untuk membantah kebenaran yang ada.Tetapi akan selalu ada untuk mempertahankan kebenaran yang ada. Tentu saja ini adalah kebenaran yang terjadi, walaupun saya juga mengetahui tidak semuanya bersikap demikian. Bukan masalah orisinil atau tidak, yang terpenting adalah apakah pengajaran didalamnya sesuai dengan kebenaran yang dapat diterima sesui hati nurani? Bagi saya, kebenaran yang bisa dituliskan dalam deretan huruf-huruf belumlah dapat mewakili kebenaran yang sesungguhnya. Paling tidak hanya mampu untuk mendekati kebenaran. Karena masih akan muncul kebenaran lagi. Buktinya masih sering terjadi penafsiran-penafsiran yang berbeda terhadap sebuah ayat saja. Bahkan terkadang bertolak belakang antara satu dengan yang lain penafsirannya. Tetapi kedua belah pasti merasa tafsirannya yang paling benar. Lalu, apakah penting untuk mempertanyakan dan membuktikan bahwa kitab sucinya adalah yang paling orisinil? Sekali lagi saya berkeyakinan semua ini berhubungan dengan keyakinan dan persepsi dari kita semua pada dasarnya. Bila niat awal kita untuk mempelajari adalah untuk kebenaran sebuah kitab suci, maka kita akan menemukan kebenarannya. Tetapi bila tujuannya adalah untuk menemukan kesalahannya, maka kesalahanlah yang pasti akan kita temukan. Karena kebenaran dan kesalahan telah terpersepsi sebelumnya. Sebenarnya kebenaran yang sesungguhnya dan tak terkatakan terdapat dalam diri setiap manusia. Bila telah tersadarkan, maka kebenaran telah menjadi miliknya dan ia tidak perlu menemukannya lagi di dalam kitab-kitab suci. Yang suatu saat bisa saja akan musnah. Kitab suci yang paling orisinil adalah ketika hati nurani telah tercerahkan menjadi terang benderang kembali seperti sediakala. Inilah kesadaran yang dapat saya renungkan! ------------------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun