Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pencuri Kecil

6 November 2010   12:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:48 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Tanpa sadar, seringkali justru kita sendiri yang menyebabkan terjadinya kejahatan dan kemiskinan disekitar kita!

*

Sekelompok orang mengerumuni seorang gadis kecil yang kelihatan begitu ketakutan melihat wajah-wajah seram yang ada dihadapannya. Ekspresi marah dan emosi yang seakan ingin menelan dirinya.
Sekuat tenaga ia mempertahankan sebungkus makanan dalam pelukannya bagaikan nyawanya.

Seorang ibu dengan sinis berteriak sambil mendorong wajah gadis itu.

"Dasar maling! Kurang ajar! Gua hajar juga lu biar kapok!"

Disusul lagi seorang ibu gendut yang tak mau kalah,"Cis, gak kepengenan punya anak kayak beginian. Gak tahu malu, kecil-kecil jadi maling!"

Datang lagi ibu-ibu yang lain dan langsung sekuat tenaga merampas bungkusan yang ada pada gadis itu. Gadis itu hanya bisa menangis dan menjerit.

"Kita usir aja mereka dari tempat ini, gak ada gunanya! Hanya bikin kotor lingkungan kita!"

Melihat kejadian itu, seorang lelaki yang kebetulan lewat dan tampak bijak langsung menghampiri dan berusaha melindungi gadis kecil itu yang menangis ketakutan.

"Adik kecil, mengapa engkau mencuri makanan itu?"

Dalam menahan tangisnya ia menguatkan diri untuk berkata,"Bapak, aku terpaksa mencuri, setelah seharian tak ada yang sudi memberikan makanan. Aku khawatir ibuku akan mati kelaparan karena sedang sakit demam. Ibu tak bisa bekerja seperti biasanya! Maafkan aku. . . "

Mendengar itu, sang bapak menghela nafas, menggelengkan kepalanya.

"Saudara-saudara, lihatlah gadis kecil ini, begitu mulianya. Demi ibunya yang sakit ia rela mencuri dan mendapatkan caci-maki. Mungkin karena ketidakpedulian kita, justru yang menyebabkan gadis ini harus rela mencuri!"

Orang-orang yang berkumpul menjadi malu sendiri. Lalu cepat-cepat membubarkan diri. Kemudian bapak itu mengajak sang gadis yang masih dalam isak menemui ibunya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun