Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

#E (Empati, MAsihkah Aku Memiliki?)

2 November 2010   01:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:55 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

REFLEKSI DIRI DARI A-Z :

Saat dunia mulai dipenuhi keegoisan untuk mementingkan dirinya sendiri, masihkah tersisa hati yang berempati pada diriku? Karena setiap hari disekitarku aku begitu banyak menemui keengganan orang untuk berempati dengan keadaan sekitarnya!

Sungguh secara perlahan tapi pasti dunia telah mengajarkan kehidupan untuk menjadi egois dan menjadikan manusia untuk tidak saling peduli. Berlomba-lomba lebih mengutamakan kepentingannya walaupun harus merugikan orang lain.

Keadaan hidup yang semakin sulit secara tidak langsung menjadi pembenaran untuk membunuh perasaan empati yang ada. Menyingkirkan jauh-jauh rasa empatinya untuk mendapatkan keuntungan dan kenyamanan dirinya.
Inilah yang kemudian membuat manusia menjadi keras hati terhadap segala kesulitan dan penderitaan disekitarnya. Menganggap  kesusahan orang lain sebagai seharusnya dan salah sendiri.

Apakah hal ini juga yang membuat aku menjadi demikian?

Alangkah kasihannya bila aku harus terjerumus didalam keadaan itu. Harus membunuh rasa empati yang ada pada diriku, dimana seharusnya kubiarkan bersemi untuk mengisi hari-hari yang kulalui.

Empati, begitu berartinya bukan hanya bila ada kesusahan dan bencana. Tetapi penting setiap waktu untuk dimiliki dalam keadaan apapun. Karena dalam kehidupan sehari-hari empati masih sangat dibuktuhkan, tatkala orang mulai berlomba untuk mementingkan dirinya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun