Kebenarannya adalah harus ada
keseimbangan antara kebutuhan jasmani
dan rohani untuk mencapai kebahagiaan
hidup.
* + * * +
Setiap hari tubuh jasmani kita perlu
mendapatkan makan untuk tumbuh sehat
dan
menghasilkan energi untuk hidup, sama
halnya begitu
juga dengan tubuh rohani kita. Namun
sayang hal ini sering terlupakan!
Kata-kata kebenaran tak kalah pentingnya
menjadi santapan setiap hari bagi
kebugaran rohani kita.
Kata-kata kebenaran tiada habis untuk
dicerna layaknya kita memakan nasi
sebagai makanan pokok. Nasi
adalah makanan utama kita dari kecil
sampai menjelang mati, tak akan pernah
bosan untuk dinikmati demi
mempertahankan hidup terus berlanjut.
Jadi tiada istilah bosan untuk
mendengarkan kata-kata kebenaran setiap
harinya.
Setiap hari tubuh kasar kita perlu makanan
bergizi untuk tumbuh berkembang, sehat,
dan menghasilkan energi bagi kita untuk
melakukan kegiatan sehari-hari.
Kegiatan makan adalah merupakan
kewajiban setiap harinya antara 2 sampai 3
kali, dilakukan sepanjang hidup.
Dalam keadaan normal, sehari saja tubuh
kita tidak mendapatkan suplai makanan,
maka akan gemetaran, tidak bersemangat,
mengalami sakit kepala, dan mudah marah.
Demikian juga dengan tubuh rohani kita,
seharusnya mendapatkan makanan berupa
kata-kata kebenaran.
Tetapi sayangnya, pada jaman sekarang
manusia lebih banyak menitik beratkan
kepada kegiatan makan untuk tubuh
jasmaninya.
Bahkan demi pemenuhan ini
harus sampai melupakan kegiatan untuk
memberi makan pada tubuh rohaninya.
Dimana kegiatan pemenuhan makan untuk
tubuh rohani adalah yang utama menjadi
terlupakan. Karena ketidakmengertian
dan ketidaksadaran memahami makna
kehidupan yang sesungguhnya.
Inilah yang dikatakan kebodohan manusia
yang
sesungguhnya.
Oleh sebab itu, orang-orang yang
mengerti, akan lebih menitik beratkan pada
pemenuhan makan pada tubuh rohani
sepanjang hidupnya.
Kata-kata kebenaran baginya bagaikan
sesuatu yang berharga. Penting bagaikan
mutiara, yang akan selalu dicari sebagai
pusaka hidupnya.
Ditemukan dan kemudian dijadikan
sebagai modal yang berguna
agar hidupnya berharga.
Inilah yang dikatakan orang yang memiliki
kearifan.
Pada akhirnya mau tidak mau kita harus
memilih. Tetapi
masa depan yang baik dalam arti yang
sesungguhnya tergantung kearifan kita
dalam memilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H