Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sang Pencerah Vs Sang Pencemar

19 September 2010   10:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:07 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alangkah indahnya hidup ini bila bisa menjadi sang pencerah yang mendatangkan berkah dan kebajikan bagi orang lain. Alangkah nistanya bila hidup ini hanya menjadi sang pencemar yang mendatangkan masalah dan celaka bagi orang lain.

* + * + *
Saat ini film "Sang Pencerah" sedang diputar di bioskop-bioskop dan banyak mendapatkan perhatian.
Bercerita tentang KH Ahmad Dahlan, dalam kiprahnya sebagai pencerah untuk membuka tirai-tirai tradisi dan kekolotan dalam pengajaran agama Islam di tanah Jawa khususnya.
Pada jaman sekarangpun sebenarnya kita masih membutuhkan orang-orang seperti beliau sebagai pembaharu dan pencerah kehidupan.

Menurut saya, film-film model seperti sangat kita butuhkan. Karena masih banyak tokoh-tokoh pencerah di bumi nusantara ini yang masih bisa diangkat ke layar lebar atau sinetron sebagai tokoh panutan.
Saya yakin, film-film seperti ini akan sangat bermanfaat sebagai media pembelajaran dan pendidik untuk inspirasi dan motivasi hidup.

Tetapi sayangnya, film sejenis "Sang Pencerah" hanyalah satu diantara ratusan film dan sinetron berjenis "sang pencemar".

Film dan jenis sinetron yang tidak mendidik sama sekali telah menguasai perfilman dan dunia sinetron kita.
Film hantu, percintaan, seks, humor, dan sinetron yang dihiasi caci maki dan mata melotot pemainnya selama ini lebih banyak menjadi pencemar hati kita.

Kalaupun ada adegan tangisan dalam ceritanya hanya sekadar memancing kesedihan, tidak sampai membuat nurani kita menitikkan airmata.

Herannya kita suka dan mengkonsumsinya setiap hari. Bahkan ada yang sampai ketagihan untuk membuang waktunya dengan sia-sia hanya untuk sebuah tontonan hampa makna.

Hanya untuk atas nama hiburan rela memarkirkan mata melihat sang pencemar mencemari hati dan pemikirannya.
Karena saya yakin, hati kita belum tentu terhibur setelah menontonnya.
Kemungkinan justru menyimpan kekesalan dan tertekan karena pengaruh ceritanya yang terlalu mengada-ada.

Sekarang hidup kita mau menjadi cerah atau cemar dalam menyikapi tontonan-tontonan yang setiap saat hadir kehadapan kita, semua kembali kepada pilihan hidup yang ingin kita lakoni!

Kembali kepada tujuan hidup kita masing-masing.

Semoga kecerahan dan pencerahan hidup selalu menaungi kita dalam kesadaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun