"Biksu, ini hanyalah arak yang membuat tubuh sehat dan tidak memabukkan." Sahut si wanita dan mendesak.
Akhirnya, merasa tidak enak hati dan kemudian berpikir tidak berbahaya karena hanya minuman kesehatan, sang biksu mencoba meminum arak pemberian si wanita.
Tanda sadar, dalam sekejap sang biksu tak sadarkan diri dan menjadi setengah mabuk.
Dalam keadaan demikian, kemudian sang biksu memperkosa seorang wanita. Karena setelah sadar dan merasa ketakutan wanita yang telah diperkosanya dibunuh juga.
Inilah hanyalah sebuah ilustrasi saja. Bahwa ketika dalam hidup kita bisa menghindari untuk melakukan kesalahan-kesalahan besar, justru kita terjerumus dalam kesalahan yang kita anggap tidak apa-apa namun menyebabkan terjadinya kesalahan yang lebih besar.
Bisa saja kita tidak melakukan perkosaan dan pembunuhan secara fisik dalam hidup ini. Karena kita anggap sebagai dosa besar.
Namun seringkali kita tidak sadar telah melakukan perkosaan dan pembunuhan dengan pikiran dan perkataan.
Melalui pikiran kita telah memperkosa dengan apa yang kita lihat. Pikiran yang penuh kekotoran akan dapat meracuni pemikiran kita. Mungkin kita merasa tidak apa-apa tetapi ini juga termasuk kejahatan pikiran.
Begitu juga dengan kata-kata kita yang terucap atau tertuliskan yang tajam bagaikan pedang tanpa kita sadari telah membunuh seseorang atau bahkan beberapa orang sekaligus.
Tanpa kita sadari, disisi lain kita begitu mengecam orang yang memperkosa dan melakukan pembunuhan sebagai pendosa. Namun disisi lain kita tak segan memperkosa dengan khayalan dan pikiran. Membunuh dengan kata-kata dan tulisan dengan tanpa perasaan.
Semoga kita tidak menjadi insan yang demikian.
Semoga kita selalu dinaungi kesadaran untuk terjebak dalam kesalahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H