Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Cintai Aku!

27 Juli 2010   12:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:33 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat kita dapat menyadari akan jalan salah yang telah dijalani , maka aka ada terang menyambut kehidupan kita, percayalah !

* * *
Berkatalah seorang wanita yang menjadi selingkuhan seorang lelaki
Dalam tekad dan kebulatan akan sebuah keputusan :

Kuharap mulai saat ini engkau jangan mencintai aku lagi. Cukup
sampai disini hubungan cinta terlarang kita. Aku tak ingin lagi
menjadi pelabuhan cintamu yang penuh nafsu. Aku tak ingin
menjadi wanita yang terus dalam kesalahan karena telah mencuri
cintamu.

Menarik nafas dalam-dalam dan melanjutkan :

Ya, saat ini aku telah menyadari kesalahan-kesalahanku menjadi
selingkuhanmu. Aku tak ingin engkau mencintaiku lagi, karena istri
dan anak-anakmu di rumah lebih berhak untuk mendapatkan
cintamu seutuhnya. Jangan engkau bagikan lagi, karena cintamu
selalu dinantikan mereka. Jangan menghianati kesetiaan dan
tulusnya istri dan anak-anakmu!

Dengan mata yang menatap tajam :

Walaupun engkau mengatakan mencintai dua wanita dan
menjadikannya istri bukanlah sebuah dosa asal dapat memberikan
keadilan kepada mereka.
Namun menurutku itu hanyalah sebuah pembenaran semua lelaki.
Keadilan macam apa yang bisa engkau berikan?
Pikirkanlah!
Pasti ada yang akan tersakiti. Percayalah padaku, setiap wanita
mengharapkan cinta yang utuh dari suaminya!
Karena akupun demikian, dan aku tak bisa membohongi diriku. Oleh
sebab itu, akupun tak ingin lagi merebut keutuhan cintamu yang
selayaknya engkau berikan pada istrimu.

Airmata bercucuran dalam isak yang tertahan :

Maafkan aku karena aku harus pergi dari kehidupanmu, sebab pasti
itu adalah pilihan terbaik dan akan menjadi lebih baik bagi
kehidupan kita.
Pesanku, jadilah lelaki sejati demi seorang istri saja. Cintai ia
sampai akhir hajat.
Jangan pernah lagi bagikan cintamu pada wanita lain. Cukup aku
yang terakhir!

Selamat tinggal, jangan sisakan tempat di hatimu untuk
mengenangku. Biarkan aku telah mati dalam kehidupanmu!

Wanita itu melangkah pergi, dan terus melangkah dan menguatkan
hati tanpa menoleh kebelakang. Walaupun ada linangan airmata,
namun masih ada senyuman kebahagiaan. Karena telah dapat
mengambil keputusan yang seharusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun