Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Olok-Olok Tentang Doa

18 Mei 2010   12:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:08 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bila didalam doa-doa , hanya memohon kesehatan , kekayaan , dan bisnis jadi lancar , betapa kita telah mengecilkan makna dari sebuah doa . . .

Dulu sebelum mengerti tentang makna dari doa , yang selalu dipikirkan didalam benak ketika berdoa adalah demi kebaikan diri sendiri dan keluarga . Lupa untuk berdoa demi orang lain . Meminta kekayaan adalah yang utama .
Demikian juga dengan kebanyakan teman-teman yang lain.

Ketika usaha mereka maju dan kekayaan bertambah , mereka yakin semua itu karena doa-doanya telah dipenuhi . Oleh sebab itu mereka tak segan-segan untuk menyumbangkan kembali sebagian dengan tujuan agar kekayaannya bertambah lagi .

Sebagai ilustrasi , saya mencoba memerankan 3 peran tentang umumnya orang berdoa. Yang hanya lebih mementingkan diri sendiri , karena merasa itulah yang seharusnya .

Yang pertama sebagai orang paruh baya , maka saya akan berdoa , meminta kesehatan dan umur yang panjang . Itu yang selalu saya lakukan setiap hari .
Lalu bila Tuhan berkenan memberikan umur panjang sampai 200 tahun saja , bukankah sangat merepotkan banyak orang dengan usia setua itu ?

Mengapa tidak berdoa agar diberikan kesempatan untuk berbuat kebajikan dan hidup menjadi ada artinya ?

Yang kedua , sebagai seorang dokter , yang sekolahnya saja menghabiskan banyak biaya sedangkan ketika mulai praktek sepi pengunjung karena penduduknya hidup sehat semua . Apa yang saya lakukan ? Tentunya saya akan berdoa agar Tuhan berkenan mengirimkan banyak pasien untuk saya .
Bila demikian , bukankah berarti saya mengharapkan banyak orang yang sakit ?

Mengapa saya tidak rela tetap berdoa , agar orang lain selalu diberkati kesehatan sehingga tidak perlu berobat .
Apakah saya akan kehilangan pasien bila berdoa demikian ?
Bila ada hati kerelaan , pasti tidak akan !

Yang ketiga , ketika sebagai tukang peti mati , yang bisnisnya sedang lesu , karena jarang ada yang meninggal dunia .
Apa yang harus saya lakukan ?
Tentulah saya juga akan pergi berdoa , agar usaha saya bisa maju , banyak yang beli peti mati . Bila itu yang diharapkan , bukankah itu sama artinya saya mengharapkan banyak yang mati setiap harinya ?

Mengapa saya tidak rela mendoakan agar orang lain bisa berumur panjang ?
Bagaimana rela , bila itu akan mematikan bisnis sendiri yang merupakan mati pencaharian ?

Apakah dengan berdoa demi keuntungan orang lain , itu akan merugikan diri kita ?
Saya hanya percaya , kebaikan tentulah akan berbuah kebaikan juga ! Itulah hukum yang abadi !

Setelah mengerti , ternyata doa yang terbaik adalah berdoa demi untuk makhluk lain . Berdoa demi kebaikan dan kebahagiaan mereka.
Berdoa dalam hati yang mengasihi tanpa syarat apapun juga .
Merasakan kebahagiaan orang lain adalah milik kita juga .

Sesungguhnya walaupun berdoa demi untuk kebaikan orang lain , tetapi energi positif yang dipancarkan akan kembali juga kepada diri kita. Karena ini adalah hukum alam dan kebenaran .

Semoga berkenan , walaupun ini hanyalah sebuah olok-olok . . . !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun