Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melakukan Kesalahan, Namun Tidak Menyadari Sebagai Kesalahan!

5 April 2010   01:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:59 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Adakah kita menyadari, ternyata didalam hidup kita , seringkali melakukan sebuah perbuatan ternyata adalah kesalahan , walaupun menurut kita itu benar !

Belum lama ini sempat terjadi pembicaraan dengan seorang sahabat lama tentang prilaku sahabatnya yang membuatnya kecewa . Karena sifatnya jauh dari apa yang diharapkan selama ini. Selain kekanak-kanakan , dan bersikap semaunya juga suka untuk dihormati .

Kemudian saya berpikir dan mengatakan, bahwa mungkin saja sahabatnya itu tidak sadar dengan tingkahnya sendiri yang sudah salah menurut pandangan orang lain , sedangkan menurutnya sudah benar.

Ketika baru dalam ide untuk menulis inspirasi ini dalam sebuah tulisan , saya mendapatkan sebuah contoh yang sangat nyata mengenai hal ini.

Ketika hendak belanja di sebuah supermarket di Majalengka , kalau minggu lalu saya menemukan seorang ibu yang secara sadar tiba-tiba memotong antrian saat hendak membayar di kasir. Kali ini saya menemukan seorang nenek setelah belanja dengan tergopoh-gopoh dan berdesakkan langsung memotong antrian persis didepan kasir.

Saya percaya si nenek tidak mengerti dan menyadari dengan apa yang ia lakukan. Ia tidak sadar , apa yang ia lakukan adalah hal yang salah walaupun perbuatannya bisa dimaklumi . Tetapi kesalahan tetap kesalahan !

Bisa saja kemudian si nenek justru merasa bangga dengan apa yang ia lakukan karena berhasil mendahului orang-orang yang lebih muda didepannya. Lalu merasa ia begitu hebat karena untuk sampai kedepan kasir tanpa harus bersusah payah seperti orang lain .

Contoh yang paling nyata lagi adalah apa yang dilakukan oleh para teroris atau pelaku bom bunuh diri. Saya yakin mereka bahkan sangat bangga dengan apa yang mereka lakukan . Dengan mengorbankan nyawanya sendiri untuk memusnahkan orang-orang yang bahkan tidak ia kenal.
Tapi saya juga percaya , mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan adalah kesalahan yang sangat fatal bukan hanya bagi dirinya tapi juga orang lain .

Saya yakin selain sahabat teman saya dan contoh yang dilakukan seorang nenek yang saya saksikan itu serta apa yang dilakukan para teroris , mungkin kita sendiri juga pernah melakukan hal yang sama dalam hidup kita selama ini.
Melakukan sesuatu perbuatan yang sebenarnya salah namun tanpa kita sadari , karena kita yakini benar .

Oleh sebab itu, menurut saya kesadaran itu ada sangat penting dan yang perlu kita latih dari waktu ke waktu . Karena ketika kita bisa selalu hidup dalam kesadaran , barulah kita benar-benar bisa sadar dengan hidup kita dan menikmatinya.

Bila kesadaran masih belum kita miliki, maka hidup tak akan jauh dari kesalahan demi kesalahan yang akan terus kita lakukan . Tak jarang pula kita menemukan orang-orang pada saat sudah salah masih berani dan bangga untuk menyalahkan .

Tak heran ada yang mengatakan , bahwa orang suci dan orang bijak itu akan merasa selalu bersalah
Sedangkan orang biasa merasa tak pernah bersalah .
Karena orang suci dan bijak dapat hidup dalam kesadaran , sedangkan orang biasa , jarang untuk dapat menjalani hidup dalam kesadaran .

Dapat selalu hidup dalam kesadaran itulah pencapaian tertinggi kita sebagai manusia dan inilah yang seharusnya menjadi tujuan kita hidup di dunia . Karena ketika kesadaran telah dimiliki , kemanapun kita akan bisa pergi .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun