Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Perlu Malu, Walau Dinasehati Seorang Anak Kecil!

20 Maret 2010   17:05 Diperbarui: 17 November 2015   21:50 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bila Memiliki hati yang selalu ingin belajar tentang makna kehidupan, maka pengajaran itu akan selalu datang padamu..... [caption id="attachment_98576" align="alignleft" width="300" caption="jongos18.wordpress.com"][/caption]

Dari anak-anak, khususnya si kecil di rumah, teryata banyak hal yang bisa saya pelajari. Karena sebagai anak, tak jarang ia menasehati dengan kata-katanya sama seperti orang dewasa. Dalam hal ini justru saya merasakan kesejukkan ketika mendengar apa yang dikatakan si dede. Karena selalu selalu terbuka untuk mendapatkan pengajaran dari siapa saja dalam hal kebaikan.

suatu hari tanpa sengaja..dan mungkin tidak memperhatikan atau sudah menjadi kebiasaan sehari-hari Ketika setelah mengambil sesuatu dari kulkas _ kulkas kecil yang hanya setinggi dengkul_ saya menutupnya dengan menggunakan kaki dengan santainya. Tanpa risih dan perasaan apa-apa.

Tetapi pada saat itu ada ada si kecil yang melihat dan langsung menyeletuk dengan serius bak kakek-kakek , "Papiiiii...kalau tutup pintu nya jangan pakai kaki dong! Kalau itu namanya gak sopan, tau!!!"

Antara kaget dan bingung juga pada saat, anak sekecil itu bisa berkata demikian, mungkin kalau pada waktu itu tidak sadar, sebagai orang tua pasti memarahi anaknya, karena merasa digurui. Namun pada saat itu saya sadar seketika dan merasa malu sendiri, kemudian saya langsung memeluknya dan mengucapkan terimakasih, karena telah mengajari untuk lebih bersikap sopan walaupun tak ada yang memperhatikan.

Pada saat saya hendak berangkat keluar kota setelah berlibur dirumah, maka si dede seringkali dengan mimik yang sedikit memelas dan serius, akan berkata, " Papi, hati-hati dijalan. Jangan lupa jaga kesehatan dan jangan banyak pikiran!"

Walaupun hanya sepotong kata sederhana, tapi sudah cukup mengingatkan dan menguatkan. Tak jarang pula diselingi kata-kata yang sepertinya wajib didengar seorang lelaki yang kerjanya jauh dari istri, "Papi, kan kerjanya jauh, papi jangan selingkuh ya... Jangan punya pacar lagi?!"

Loh, kok tahu selingkuh segala?  Pasti diajari si mami!  Namun tak masalah, bagi saya ini adalah bentuk perhatian dari seorang anak yang selalu menyayangi orangtuanya. Dilain waktu juga, apabila saya berbicara terlalu keras padanya, maka akan segera keluar kata-kata, "Papi, kalau ngomong itu jangan keras-keras, itu tandanya marah. Jadi orang jangan suka-suka marah-marah!"

Bila sudah demikian, mau marah benaran pun tak jadi lagi. Dalam hidup ini, bila mau belajar tentang makna kehidupan, pengajaran itu bisa datang dari siapa saja. Tergantung mau tidaknya kita memetik hikmahnya. Apakah mau menganggap itu sebagai pengajaran adalah hal yang terpenting. Yang dibutuhkan, hanyalah sebuah kerendahan hati untuk belajar!

Bila sudah ada kerendahan , maka tidak perlu lagi malu untuk mendapatkan pengajaran dari siapapun. Walau sekalipun itu dari seorang anak kecil. Akan tetapi yang terpenting adalah sesungguhnya bahwa kita tidak boleh mengangap hal-hal yang sepele dan sederhana dalam membina kehidupan ini. Sebab seringkali kebenaran itu ada dalam hal-hal yang sederhana disekitar kita.Jadi, janganlah menyepelehkan hal-hal yang kelihatan kecil dan tak berarti.

Karena dalam hidup ini banyak hal yang berarti dalam sesuatu hal yang kecil dan sepele. Jadi , jangan sesekali menyepelekannya. Salam belajar dari kehidupan dari sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun