Ketika kebaikan semakin tumbuh didalam diri
kita, tanpa kita sadari seiringi itu tumbuh juga
keangkuhan didalam diri kita. Adakah
kerendahan hati untuk mengakuinya?
www.ustadz.net/sombong
D alam satu seri film kartun The Simpson yang suka
saya tonton , ada satu adegan dimana ketika Homer
Simpson bertanya kepada tetangganya yang
fundamental mereka dari mana, maka dengan gaya
yang angkuh mereka menjawab , " Kami pergi ke
kamp Kristen. Kami belajar bagaimana supaya bisa
lebih menghakimi ! "
Apakah kita tersinggung , marah, tersenyum ,
tersentil , sejenak merenungkannya atau cuek saja
atas peristiwa ini? Menurut saya justru sentilan yang
sangat mengena dan mencerahkan hati yang penuh
kabut ini.
Akan tetapi apapun sikap atau perasaan kita itu hak
kita dan menunjukkan siapa diri kita sendiri . Tidak
ada yang bisa mendikte kita.
Siapapun dan agama apapun yang kita anut, mungkin
tidak sefundamental tetangga Homer Simpson
mengungkapkan hal ini , tetapi minimal didalam hati
kadang kesombongan itu memang ada. Kita
menyadarinya atau tidak menyadarinya . Tapi saya
sendiri merasakannya. Namun saya selalu mencoba
mengusir perasaan itu seketika itu juga. Ketika
perasaan itu hadir.
Didalam diri kita selalu ada dua sisi , baik dan buruk.
yang tanpa kita sadari tumbuh beriringan . Ketika kita
tumbuh dalam kerohanian , yang seharusnya
membuat kita semakin mengasihi , namun disisi lain
justru menjadi semakin menghakimi . Ada
keangkuhan yang diam-diam tumbuh didalam diri
kita. Walaupun kita _kemungkinan _ tidak
mengakuinya .
Ketika kita semakin berkembang dalam sifat baik dan
tumbuh dalam kerohanian , diam-diam kita juga
mulai menilai dan membandingkan diri kita dengan
yang lain. Diam-diam kita menjadi juri atas perbuatan
orang lain dan kita merasa berhak untuk itu. Seakan
mendapat ijin untuk mewakili Tuhan . Didalam batin
mulai membuat daftar , siapa yang baik dan siapa
yang tidak .
Selanjutnya kita menyingkirkan orang yang kita
anggap tidak baik itu bukannya merangkulnya.
Diam-diam _bahkan tak jarang terang -terangan _
kita lebih memuji-muji kebaikan yang kita lakukan
daripada kebaikan yang diberikan Tuhan . Diam-diam
lebih memuja didepan cermin daripada memuja
Tuhan. Lebih sibuk menghakimi daripada melayani .
Kemudian setiap kebaikan yang kita lakukan lebih
mengharapkan penghargaan dari manusia daripada
Tuhan. Diam-diam lebih mengharapkan pujian
daripada melakukannya dengan setulus hati . Ketika
kita mengatakan tentang kerendahan hati, hanyalah
sekedar basa-basi. Tanpa disadari, mulailah tumbuh
keangkuhan _ keimanan_ didalam diri kita.
Jadi, seringkali kita lebih waspada terhadap pencuri
yang kelihatan yang akan mengambil harta benda
kita daripada pencuri yang tak berwujud yang Diam-
diam merampok hati dan keimanan kita.
Terimakasih ya Tuhan untuk diingatkan walaupun
hanya melalui sebuah film kartun.
Semoga kesadaran ini selalu menyertaiku dalam
setiap langkah kehidupan .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H