Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cukup Satu Istri, Agar Rumah Tangga Utuh!

26 Februari 2010   03:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap rumah tangga adalah bahtera kehidupan yang semestinya bisa kita ciptakan bagaikan surga yang kecil dalam kehidupan ini... [caption id="attachment_81940" align="alignleft" width="300" caption="http://yepiye.wordpress.com/"][/caption] Suatu ketika, ada kesempatan untuk mengikuti pertemuan dharma yang diadakan khusus untuk suami istri. Sangat beruntung sekali saya dapat mengambil beberapa poin yang penting untuk saya renungkan. Karena selama membina rumah tangga sepertinya banyak sekali hal-hal yang belum bisa dijalankan sebagaimana mestinya berumah tangga. Pada kehidupan sekarang, begitu banyak keluarga yang berantakan, salah satu penyebabnya adalah karena perselingkuhan. Yang melakukannya, tidak suami saja, tapi isitri-istri sekarang juga banyak berselingkuh. Memang sangat disayangkan, tujuan yang suci dan mulia anak manusia berumah tangga, yang adalah untuk membina bahtera suci , kini banyak yang ternodai oleh kebodohan dan ketidak mengertian kita tentang makna hidup berumah tangga. Sambil menyimak apa yang disampaikan oleh seorang senior, maka saya mencatatkannya juga, dengan harapan sewaktu-waktu masih dapat diingat kembali. > Setelah berterimakasih, harus membalas budi. Bisa saling menjadi suami istri, adalah sebuah jodoh yang patut dijaga dan bersyukur dengan tidak menyia-nyiakannya. > Kita lebih menuntut orang lain untuk berubah, mengapa tidak lebih menuntut diri sendiri? Begitulah yang seringkali terjadi antara suami dan istri. > Dalam rumah tangga harus ada komunikasi dan saling terbuka dalam segala hal . > Saat di rumah ibadah kita begitu mengerti agama , tetapi sampai dirumah, sudah tak mengerti apa-apa lagi.Dimana seharusnya dengan mengerti agama, hal ini bisa diterapkan nilai-nilainya dalam kehidupan rumah tangga. > Harus ada saling mengalah, dan saling menjaga perasaan. Mau menang sendiri adalah penyakit yang bisa meruntuhkan rumah tangga. > Saya benar dan kamu harus mengikuti saya, demikian yang sering dikatakan seorang suami. Bukankah itu sama halnya artinya tidak menghargai istri? > Kalau dia yang salah, mengapa harus saya yang mengalah dan minta maaf? Keangkuhan ini yang selalu membuat tiada damai walau hidup bersama. > Antara suami istri harus saling menghormati dan menghargai, bukannya salaing merendahkan . > Dalam mencintai, tiada dendam dan benci. Bertengkar adalah hal biasa, namun setelah itu harus dilupakan. > Jangan ada saling perhitungan dan hati ketidak puasan. Sebagai suami istri seharusnya bisa sehati. > Kadang kita mau lakukan hal yang benar, tapi cara mengatakannya yang salah. Jadi harus bisa mengerti waktu dan suasana untuk menyampaikan suatu masalah > Merubah diri , membuang sifat buruk dan emosi masing-masing dengan saling mengingatkan. > Ada saling kepercayaan dan memperkecil ego, karena kedua hal ini yang seringkali menjadi sumber kehancuran rumah tangga. > Janganlah terlalu menuntut pasangan, lebih baik saling memaklumi kekurangan masing-masing. > Dalam berumahtangga, urusan " hubungan" suami istri, bukanlah semata-mata untuk melampiaskan nafsu. Namun adalah kesempatan untuk saling berbagi kasih. > Terakhir sebagai seorang lelaki , lebih baik istri tidak boleh lebih dari satu demi untuk menjadi rumah tangga selalu utuh dan harmonis. Biar cuma satu tapi sayangilah dengan penuh. Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang sebagai raja, dimana beliau sebagai raja yang mempunyai kesempatan dan direstui/ tidak dilarang untuk memiliki istri lebih satu. Tetapi beliau tidak mau melakukan dan mengambil kesempatan yang ada, dan hanya berkata, bahwa beliau tidak ingin anaknya nanti juga mengalami perasaan yang sama dan tidak enak seperti apa yang beliau alami karena orangtuanya berpoligami.Beliau tetap setia untuk hanya memiliki satu istri saja. Sungguh bijaksana! Hanya demikian yang bisa saya catatkan, hanya berbagi dengan harapan ada manfaatnya. Salam Rukun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun