Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Tak Peduli Dengan Kotoran Hati, Lebih Peduli Kotoran Dipakaian???!!

27 Februari 2010   12:18 Diperbarui: 11 November 2021   16:26 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Inspirasi yang hadir ketika berinteraksi lewat media sapaan Kompasiana dengan sahabatku , Peran Sabeth Hendianto tentang kekotoran hati .

Mengapa kita begitu risihnya dengan setitik bercak kotoran dipakaian, sedangkan begitu cueknya dengan bergumpal-gumpal kotoran di hati kita?

Seonggok tahi kucing yang baunya segera membuat kita menutupi hidung, bagaikan sesuatu yang menakutkan 

Bangkai seekor anjing di jalanan mungkin akan membuat kita mual dan ingin segera memuntahkan isi perut 

Tumpukan sampah-sampah dipinggir jalan dengan bau menyengat akan segera membuat kita meludah dengan jijik 

Bau keringat dan apek pada tubuh kita begitu mengganggu, sehingga kita segera memandikannya dan memberikan wewangian 

Setitik noda pada baju yang mahal , pasti akan mengganggu dan kita malu untuk memakainya 

Saat makan dan menemukan sehelai rambut , mungkin akan membuat kita segera tak nafsu meneruskan makan 

Mengapa kita begitu terganggu dan jijik dengan kotoran yang ada diluar dari kita? 

Mengapa kita tidak menyadari dan merasa jijik dengan segala kotoran yang berada didalam diri kita? 

Kekotoran yang tertanam didalam tubuh dan dibawa kemanapun pergi , setiap hari menemani , mengapa tidak membuat kita tak nyaman? 

Adakalanya justru membanggakan kotoran - kotoran yang busuk dalam tingkah laku 

Bahkan tak malu-malu lagi memamerkan bau dan kebusukan itu untuk disaksikan 

Mengapa masih begitu banyak kotoran didalam diri , kita tidak merasa terganggu? 

Mengapa kita tidak segera berdaya upaya untuk segera membersihkan dan melenyapkannya? 

Antara bersih dan kotor tak mengerti lagi Kekotoran yang mana yang seharusnya lebih mengganggu dan menjijikan Dan menjadi prioritas untuk disingkirkan 

Antara yang asli dan palsu sudah tak bisa membedakan 

Mana yang seharusnya lebih disayangi dan untuk dilepaskan 

Bukankah ini yang namanya ketersesatan batin manusia sepanjang jaman yang belum terobati? 

Ketersesatan yang seharusnya bisa segera menyadarkan untuk mengambil langkah 

Sayangnya aku hanya bisa sadar sesaat saja untuk tersesat kemudian 

Semoga aku dapat selalu melembutkan hati untuk terjaga dalam kesadaran 

Semoga perjalanan ini ada yang bersedia menemani untuk saling membersihkan 

Semoga jiwa kesadaran itu mau menjadi teman setia ke mana pun pergi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun