Bisa belajar pada seorang anak kecil untuk kembali menjadi anak kecil kembali, bukankah suatu hal yang indah?! Sebagai orangtua belum tentu lebih pintar atau lebih baik dari anak sendiri yang masih kecil sekalipun. Seringkali mereka justru lebih pintar daripada kita sebagai orangtua yang sudah banyak makan asam garam. Sebagai orangtua tak ada salahnya menggunakan waktu yang ada untuk menjadi lucu dan lugu seperti anak kecil untuk bermain. Juga mau merendahkan hati untuk belajar kepada anak-anak. Buktinya saya sendiri, tak jarang diajari dan diingatkan oleh si kecil dalam berbagai hal tentang kehidupan. Beberapa pengalaman ini sungguh menjadi pembelajaran yang berarti bagi saya. Memang mudah mengajari tetapi seringkali kita sendiri lalai menjalankannya. Adakalanya saat melihat saya sedang dalam keadaan tidak sabar, si kecil akan tanpa ragu bilang, "Papi harus sabar jadi orang! Kan papi sering bilang harus sabar sama dede! " Atau terkadang apabila bicara saya agak keras, si kecil akan langsung menegur, "Papi, kalau ngomong itu jangan keras-keras. Itu namanya marah dan gak sopan, tahu!" Padahal baru mau sedikit mengeluarkan jurus marah. Akhirnya cerita selanjutnya tidak jadi marahnya. Saat makan juga, dimana karena terburu jadi saat menyendok menimbulkan suara agak keras , si kecil langsung menyeletuk, "Kata papi kalau makan piringnya jangan bunyi, itu papi sendoknya keras-keras sampai ada suaranya! " Pernah juga, ketika liburan dan saya janjikan besoknya mau diajak berenang, karena si dede memang paling senang berenang. Tetapi karena agak malas dan kurang mood, dan berharap si dede lupa. Tiba-tiba malah ia mengingatkan, "Papi, katanya mau ajak dede berenang, kok papi diam aja. Kalau janji itu harus ditepati. Kan papi sendiri yang ngajarin dede! " Senjata makan tuan namanya ini! Kalau sudah begitu apa tidak malu hati dan memalukan? Untungnya, kalau si dede yang bicara jadi jadi manut saja, sepertinya dia yang jadi guru. Dalam hal bermain pun si kecil rajin mengajari. Karena yang namanya main play station saya itu paling malas, jadi tidak begitu menguasai . Walaupun tidak suka, dipaksakan suka juga agar si dede tidak kecewa. Demi untuk menyenanginya tak jarang saya menemaninya bermain sambil diajari olehnya. Terakhir ini si dede sedang demam main bakugan, papinya yang jadi korban diajak main. Berhubung tidak mengerti, si dede yang mengajari. Walaupun sampai sekarang tetap tidak mengerti. Tapi yang terpenting adalah waktu kebersamaan itu yang sayang untuk dilewatkan. Saling berbagi antara seorang bapak dan anaknya. Belajar dan saling mengajari bukankah terasa lebih dekat dan lebih indah hidup ini untuk dinikmati? Lebih indah lagi bisa belajar seperti anak kecil kembali dan mengingat kembali tentang masa kecil dahulu. Sungguh indah dan mencerahkan bila bisa memetik setiap makna kehidupan, walau dari seorang anak kecil sekalipun! Terimakasih, anakku!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H