Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Benar Katakan Benar, Salah Katakan Salah, Apa Susahnya??!!

21 Februari 2010   18:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:48 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita yakin berada dijalur yang benar, bisa saja dinilai sebagai yang salah. Tetapi kebenaran pada akhirnya akan tampak kepermukaan juga. . . [caption id="attachment_78989" align="alignleft" width="300" caption="http://beritaharianku.blogspot.com"][/caption] Sebagai manusia kita biasanya lebih sering dan cenderung menggunakan perasaan serta kedekatan dalam menilai suatu masalah. Sehingga tak jarang kita membela suatu hal lebih banyak dipengaruh antara suka dan tidak suka, dan juga karena suatu kepentingan dimana kita berada. Sebagai contoh, kita bisa menyaksikan perkelahian atau tawuran terjadi hanya karena rasa solider untuk membela warga atau teman sendiri tanpa melihat dulu permasalahan yang sebenarnya. Tak jarang teman yang dibela mati-matian justru berada dipihak yang salah. Apakah artinya mengorbankan diri pada jalan yang salah? Atau juga seorang anak buah dan bawahan tanpa peduli bossnya atau atasannya salah atau benar tetap akan dibela juga. Atas dasar kesetiaan dan juga untuk mencari muka. Apalah gunanya bila hanya bisa jadi penjilat saja? Ada juga , sebagai orang tua oleh sebab rasa sayangnya, tak peduli siapa yang salah akan membela anaknya bila berselisih dengan anak lain. Tidak sadarkah hal ini bisa mencelakakan anak sendiri kelak? Kemudian juga ketika suatu kelompok bermusuhan dengan kelompok lain. Kita sebagai bagian dari salah satu kelompok pasti akan tetap membela dimana kelompok kita berada walaupun tahu bahwa kelompok kita yang salah. Mungkin dipengaruhi ada kedekatan batin. Bukankah hal ini bisa melukai hati sendiri karena tak mendengarkan kata hati? Masih banyak contoh soal lainnya dalam suatu masalah, dimana kita benar-benar tidak bisa berada dipihak yang benar karena pengaruh keadaan dan perasaan. Selama hidup ini entah sudah berapa banyak saya menyaksikan hal ini terjadi dan mengalami sendiri, dan pada akhirnya hanya bisa bertanya , mengapa? Karena selama hidup ini juga saya begitu tidak setuju dengan tindakan yang demikian. Hidup membabi buta membela yang salah dan memusuhi yang benar. Mengapa harus begini jadinya? Selama hidup ini saya masih bisa bersyukur, entah kenapa hati saya tidak bisa membela atau berada dipihak yang salah, siapapun dia. Jangankan teman, saudara, boss, dan istri. Pada orangtua sendiri pun saya bisa berseberangan dan 'melawan'. Bisa dalam bentuk berbicara atau diam. Tentunya dengan tindakan yang tanpa melukai perasaan mereka. Karena ketika kita berada dipihak yang benar, seharusnya kita tidak perlu takut dan memang tidak perlu takut . Memang mungkin kita bisa dipersalahkan atau salah dimata manusia , tapi tidak akan salah dalam kebenaran. Karena pada akhirnya kebenaran akan tampak kepermukaan. Begitu juga ketika kita tertarik untuk membela yang salah, tanpa sadar akan menciptakan kesalahan yang baru, dan semakin membuat kita bersalah. Benar katakan benar dan salah katakan salah. Memang gampang dituliskan. Pada kenyataannya perlu sebuah usaha dan perjuangan yang keras untuk menerapkannya. Tetapi dalam kehidupan yang telah dijalani, walaupun belum 100% sukses , saya patut berterimakasih pada nurani yang selalu mengingatkan untuk selalu konsisten. Semoga kesadaran ini selalu menaungiku kemanapun juga kaki melangkah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun