Kalau soal mengucapkan terima kasih, itu sudah kebiasaan sehari-hari yang tak pernah dilupakan.Â
Sampai tiap hari saya pun tak bosan untuk mengajarkan kepada anak saya yang masih kecil, karena seringkali ia masih suka lupa, padahal begitu sederhana.Â
Tetapi belum lama ini saat perjalanan pulang dari luar kota, ucapan terima kasih ini saya rasa harus ditambahkan lagi, yaitu pada kondektur bus, yang jarang saya lakukan. Apa perlunya juga?Â
Tapi saya harus melakukannya, karena saat mau turun bukankah ia akan membukakan pintu dan itu pantas diberikan ucapan terima kasih.Â
Memang sederhana, tapi besar manfaatnya. Benar saja saat saya mau turun saya dengan nada suara yang bersahabat , berkata, "Terima kasih, pak! "Â
Saya langsung mendapat jawaban yang bersahabat juga, "Sama-sama , pak. Hati-hati! "
Belum sampai disitu, karena untuk sampai ke rumah saya pun harus naik ojek lagi, biasanya dengan tarif lima ribu saja, tapi kali ini plus kata terima kasih plus senyuman.Â
Rasanya hati ini lega sekali bisa melakukannya hal yang begitu sederhana ini bagi orang lain.Â
Nah, begitu sampai dirumah baru saya sadar, ternyata ada barang yang tertinggal dalam bus yang saya tumpangi tadi, tidak begitu berharga tapi sangat diperlukan untuk contoh barang yang mau diperlihatkan ke customer.Â
Wah, celaka duabelas nih pikir saya. Saya segera menyusul ke terminal dan mencari kendaraan tadi, oh ternyata masih ada dan barangnya juga masih ada di dalam bus.Â
Saya hanya berpikir mungkin karena tadi saya sedikit melakukan ketulusan, maka masih dilindungi kemujuran. Rasanya bukan kebetulan.Â