Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menemukan Sebuah Keluhuran Dalam Kemiskinan...!

31 Oktober 2009   23:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:28 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah segala sesuatu yang kita lakukan harus selalu diukur dengan takaran materi? Tidakkah ada yang lebih bernilai lagi?


Saat-saat ini seorang teman karena biaya terbatas untuk pengobatan batu ginjalnya, yang seharusnya dioperasi, karena sudah berbagai macam obat tradisional yang dicoba belum memberikan efek juga. Termasuk ke pengobatan alternatif atau paranormal.
Tapi tetap masih belum memberikan hasil yang maksimal.

Terakhir ini , dicoba lagi , atas saran temannya untuk ke suatu tempat di Jakarta Selatan. Ada pengobatan alternatif yang paten punya dan biayanya suka rela. Katanya! Pertama kali kesana, memang pasiennya banyak dan banyak orang-orang kaya yang berobat. Tapi tetap bayar juga, tarifnya seratus ribu saja. Dan harus tiap hari kesana, mungkin lima sampai sepuluh kali baru ada manfaatnya.
Teman ini sedikit mengeluh juga, karena kalau ditambah ongkos dari Tangerang kesana, lumayanlah juga. Untuk hidup sehari-hari saja, harus cari kemana-mana.

"Coba ya bayarannya benar-benar suka rela! Dan tujuannya untuk menolong orang, " kata teman ini dengan nada kurang bergairah.

Saya hanya bisa bercanda padanya, "Kalau bayarannya sukarela, kita sih pasti suka, tapi dianya yang tidak rela, ya. . . Percuma!"

Tapi memang, untuk jaman sekarang ada berapa dari kita yang masih benar-benar punya kerelaan untuk membantu sesama dengan kelebihan yang diberikan Tuhan?
Tapi saya masih percaya, diantara kita masih ada yang sungguh berhati mulia dan mengerti akan makna untuk membantu sesama yang membutuhkan uluran tangan. Banyak malah!
Saya jadi teringat beberapa tahun yang lalu, pernah berkenalan dengan seorang yang sudah cukup tua di Kampung Melayu dekat bandara Sukarno-Hatta. Kebetulan waktu itu saya direkomendasi teman untuk mencoba diurut olehnya, karena keseleo. Saat itu ada beberapa orang juga yang datang jauh-jauh. Ternyata bapak ini punya keahlian untuk mengobati juga. Khususnya penyakit kewanitaan, dengan ramuan-ramuan yang katanya didapat melalui mimpi. Makanya siapapun yang datang akan dilayani sukarela _ suka karena bisa membantu sesama, dan rela karena itu panggilan hatinya _.

Bahkan tak jarang yang berobat karena tak punya duit dibekali ongkos untuk pulang. Kalau ia mau memanfaatkan keahliannya dengan ukuran rupiah, pasti kehidupannya tidak akan seperti yang saya lihat masih dalam 'kemiskinan' dengan rumah yang sangat sederhana. Dia masih mengatakan, kalau untuk hidup sehari-hari saya masih bisa mencari dari usaha yang lainnya. Sekali lagi, saya masih percaya masih banyak orang-orang yang seperti beliau ini di dunia ini. Semoga kisah lama yang sudah saya lupakan dan terpendam ini bisa kembali memberi inspirasi dan motivasi bahwa dalam hidup ini tidak harus selalu mengukur sesuatu dengan menggutamakan materi.

Masih ada yang lebih berarti lagi, membantu sesama dengan ukuran hati, yang tidak bisa dinilai dengan takaran materi, yang sesungguhnya pa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun