Timbullah keinginan yang lebih. Keserakahan menjalar. Bagaimana kalau memiliki saja jari sakti kepunyaan dewa? Itulah permintaannya yang ketiga.
Dalam sekejab dewa menghilang. Batu dan bukit yang sudah berubah jadi emas kembali ke bentuknya yang semula.
Ketika hati belum merasa berkecukupan, maka akan terus merasa kekurangan. Timbul selalu keinginan untuk memenuhi kekurangan itu dengan berbagai cara. Pada akhirnya penderitaan yang didapatkan.
Ada Waktunya Berhenti Mengejar
Ketika hati ini belum merasa berkecukupan, pengejaran akan kekayaan, kenamaan, dan kedudukan tak jarang membutakan hati dan menjerumuskan. Memakan korban.
Demi semua ambisi itu, kecurangan dan kelicikan dilakukan. Lupa diri, lupa Tuhan. Rela mengorbankan segalanya.
Berkecukupan bukan berarti tak boleh memiliki kekayaan melimpah, kedudukan dan kenamaan. Tetapi yang terpenting adalah tahu waktunya berhenti. Tahu memanfaatkan kekayaan, kenamaan dan kedudukan untuk kebaikan sesama.
Ketika sudah memiliki dan merasa cukup, maka hidup akan baik-baik saja dan tidak berkubang dalam pengejaran sampai di ujung kematian. Kemudian menyesal segala yang dimiliki tak bisa dibawa. Terlambat!
AFIRMASI:
Tuhan, Biarlah rasa berkecukupan memenuhi hati kami, sehingga kami dapat hidup dengan mencukupi sesama kami. Biarlah rasa berkecukupan ini membuat kami berhenti untuk terus mengejar sampai kami menyia-nyiakan hidup yang berarti ini untuk lebih mengenal diri yang Sejati.
@refleksihatimenerangidiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H