Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Istilah

6 Mei 2014   17:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Suka menggunakan istilah ilmiah atau asing dalam berbicara atau menulis sebagai pamer agar terlihat pintar dan intelek? Iya, itulah saya dulu ketika menjadi pembicara di depan mimbar. Kenapa saya katakan sebagai pamer agar terlihat pintar dan intelek? Sebab pada dasarnya saya bukan orang pintar atau intelek. Cuma berusaha tampil untuk menyesuaikan keadaan.

Jadi bila ada yang suka berbicara atau menulis dengan menggunakan istilah asing dan ilmiah misalnya tentu tidak bisa dikatakan sebagai pamer kepintaran. Apalagi itu sudah sesuai dengan bidang ilmunya. Orang sudah dari sananya pintar buat apa pakai pamer lagi?

Sesuai Kebutuhan dan Bidangnya

Sebagai pembicara dulu terpaksa saya harus belajar supaya (tampak) lebih pintar dengan belajar istilah asing dan ilmiah populer. Karena ketika berbicara tak jarang yang ada di depan itu bos atau para mahasiswa/i. Kalau bahan bicaranya standar saja tentu akan membosankan. Ini cuma asumsi. Tidak seratus persen demikian tentunya.

Berusaha tampil pintar bisa juga dikatakan untuk menimbulkan keyakinan pada para pendengar, kalau yang berbicara itu berkompeten. Hal itu tentu akan membuat pendengar mau menyimak lebih lanjut lagi.

Jadi ketika sebagai pembicara dulu saya berusaha pintar cuma sekadar menyesuaikan keadaan. Bukan karena asli pintar. Bolehlah saya ini dikasih label memang sok pintar saja.

Berbeda dengan orang yang memang sudah ahli di bidangnya, sehingga ketika berbicara dengan sering memakai istilah asing atau ilmiah. Tentu ini tidak bisa dikatakan sebagai pamer. Dalam hal ini, mungkin kita yang perlu menyesuaikan sambil mengambil kesempatan itu untuk belajar. Lumayan buat menambah wawasan dan kepintaran.

Kembali ke Diri Sendiri

Ketika belajar menulis saya masih tergoda untuk sedikit memasukkan istilah ilmiah populer, karena kebetulan punya kamusnya. Tapi kemudian di persimpangan jalan untuk memilih gaya dalam menulis. Untuk hal ini sampai saya merasa perlu berdiskusi dengan beberapa kawan.

Sampai akhirnya memutuskan menulis dengan gaya apa adanya saya. Menulis dengan bahasa sederhana dengan pertimbangan agar siapa pun yang baca dapat memahami dengan muda. Apakah ini pilihan yang terbaik? Terbaik menurut saya, karena saya yang memahami diri saya sendiri. Tapi belum tentu terbaik menurut orang lain.

Bila ada orang lain yang memilih gaya menulis dengan banyak menggunakan istilah asing atau ilmiah pasti itu pun cara yang terbaik menurut dirinya.

Selama nyaman bagi yang menulis dan dengan niat membagikan ilmu tentu tidak ada yang salah. Apalagi hal yang ditulis memang sesuai dengan bidang ilmunya. Misalnya dokter menulis dengan memasukkan istilah-istilah kedokteran. Karena itulah diri kita.

Menulis Untuk Pembaca Itulah Penghiburan Terbaik

Yang terpenting adalah di dalam menulis kita tidak hanya menulis yang sekadar bisa kita pahami sendiri dan kalau orang lain yang baca tidak paham itu salahnya sendiri.

Jadi apa pun pilihan gaya menulis kita tidak ada masalah. Yang jadi masalah adalah bagaimana kita menyajikan sebuah tulisan yang bisa dipahami dengan muda oleh sebanyak mungkin pembaca dengan cara menyusun kata-katanya. Saya kita ini adalah sebuah tantangan bagi seorang penulis.

Mengapa saya katakan sebanyak mungkin pembaca? Hukum yang pasti adalah kita tidak akan bisa memuaskan semua orang. Apalagi media tempat kita menulis di sebuah blog terbuka misalnya.

Semua kembali kepada pilihan. Kalau kita berharap akan banyak orang yang membaca tulisan kita,  kita bisa menulis dengan gaya bahasa yang ringan dan populer.

Tetapi tetap tidak ada masalah juga bila kita memilih gaya bahasa yang berat penuh dengan istilah asing dan ilmiah karena ditujukan kepada kalangan tertentu atau mereka yang benar-benar ingin belajar bidang ilmu yang kita kuasai. Semuanya kembali kepada niat baik kita.

Yakinlah, apa pun yang kita tulis pada waktunya pasti ada yang baca. Banyak atau sedikit dan suka atau tidak suka itu yang membedakan. Berusaha menulis dengan mengolah pikiran dan hati sebaik mungkin sebagai persembahan kepada pembaca bisa dikatakan itulah yang terbaik.

Ketika apa yang kita tulis dapat membawa manfaat dan kebaikan bagi para pembaca atau paling tidak menghadirkan satu senyuman, saya kira itu adalah penghiburan yang terbaik sebagai seorang penulis yang menulis tak ada imbalan materi ini.

katedrarajawen@omongkosongtentangmenulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun