Orang - orang yang lebih mengutamakan keduniawian akan menjadikan kekayaan harta benda sebagai permatanya. Sibuk mengumpulkan pundi - pundi kekayaan. Hidup dipenuhi dengan pencarian untuk mengkoleksi intan atau berlian dan mengumpulkan benda - benda mewah lainnya. Sebab dengan demikian mereka akan mendapat predikat sukses.
Mereka yang pencarian hidupnya lebih ke dalam diri, maka yang menjadi permatanya adalah kebaikan hati. Hidup lebih kepada menggali nilai - nilai kebaikan yang sudah dikaruniakan Sang Pencipta. Mengumpulkan pundi - pundi kebaikan lalu memberikan kepada orang - orang yang membutuhkan.
Sementara saya? Masih terlena dan belum mengumpulkan apa - apa. Harta benda tak ada, apalagi kebaikan hati. Menyedihkan. Semoga mata hati segera terbuka.
Membaca kata - kata dari Lao Tze yang tertulis, "Aku memiliki tiga permata yang kupegang erat dan kusimpan dengan baik. Yang pertama : Kasih; Kedua : Tidak Ekstrim; ketiga : Tidak mengungguli orang lain." paling tidak sedikit membuka mata untuk belajar tentang arti untuk mengasihi, tidak bersikap ekstrim dan merasa diri yang paling baik dan benar.
Cinta Kasih
Sejatinya setiap orang memiliki hati kasih. Setiap manusia terlahir dari Kasih Sang Penguasa Semesta. Setiap agama juga tidak pernah lepas membicarakan tentang kasih. Kasih adalah bahasa universal.
Di Alkitab tertulis: "Meski pun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekali pun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan dan sekali pun dan sekali pun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna... Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu..."
Dalam Tripitaka : "Makhluk yang apa pun juga, yang lemah dan kuat tanpa kecuali, yang panjang atau besar, yang sedang, pendek, kecil, atau gemuk, yang tampak atau tak tampak, yang jauh ataupun dekat, yang telah lahir atau yang akan lahir, Semoga semua makhluk berbahagia".
Rasulullah SAW. bersabda, “Hakikat seorang Muslim adalah, mencintai Allah dan Rasul-nya, sesamanya, serta tetangganya, melebihi atau sebagaimana ia cinta kepada dirinya sendiri."
Dalam Lun Yu, Konfusius bersabda, "Cintailah Sesamamu...Apa yang tidak ingin kamu terima dari orang lain, jangan engkau berikan... "
Apa yang tertulis sudah menandakan bahwa betapa pentingnya cinta kasih bagi kehidupan kita. Pertanyaannya adalah : Apakah kita yang mengaku beragama dan sudah banyak melakukan ritual keagamaan, atau yang setiap hari tidak pernah lepas dari memakai identitas agama sudah ada cinta kasih? Syukur - syukur sudah jadi permata kehidupan.