Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebutuhan

2 Juni 2014   22:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesungguhnya kebutuhan manusia tidak banyak dalam hidup ini, namun yang banyak itu adalah keinginan inderawi. Demi memenuhi nafsu keinginannya,  manusia memenuhi kebutuhannya lebih daripada yang dibutuhkan. Tujuannya untuk menggapai kebahagiaan, tetapi justru menjadi penderitaan.

Apa yang menjadi kebutuhan hidup kita? Kalau mau dipikir sebenarnya tidak sebanyak yang kita bayangkan. Kebutuhan utama yang paling pokok adalah untuk jasmani dan rohani. Makan, tempat tinggal dan pakaian dan belajar hakekat kebenaran merupakan kebutuhan primer. Tetapi karena kita tidak memahami tujuan hidup kita di dunia, maka kita malah melupakan kepokokan itu dan memaksakan diri mengutamakan kebutuhan pelengkap (sekunder) atau malah ke kebutuhan tersier (mewah).

Kebutuhan Pokok Jasmani dan Rohani

Kebutuhan pokok tubuh tidak lebih dari mencerna makan agar kita dapat bertahan hidup. Bertempat tinggal untuk terhindar dari panas dan hujan. Pakaian adalah untuk menutup tubuh sebagai bentuk manusia yang berbudaya juga untuk menghindari dari panas dan terpaan angin.

Untuk memenuhi kebutuhan pokok tubuh kita yang memenuhi standar kesehatan sesungguhnya cukup dengan makanan sederhana yang ada di sekitar kita. Tetapi atas nama keinginan memenuhi nafsu selera kita harus mengeluarkan lebih biaya untuk mengolah makanan tersebut yang pada akhirnya justru menjadi tidak menyehatkan. Misalnya makanan digoreng dan diberi bumbu - bumbu penyedap yang berlebihan.

Begitu juga dengan tempat tinggal dan pakaian demi memenuhi selera keinginan, kita harus bersusah payah membangun rumah yang mewah dan pakaian yang mahal mengikuti model yang ditawarkan. Bahkan kita membuat hidup ini menjadi rumit cuma untuk mengikuti keinginan dan melupakan kepokokan dari tempat tinggal dan pakaian. Hidup yang sejatinya bisa menjadi sederhana, malah kita rumitkan.

Sama halnya dengan kebutuhan pokok untuk jasmani, demikian pula dengan kebutuhan pokok untuk rohani kita. Yakni memberikan asupan hakekat kebenaran yang kita butuhkan sesuai keyakinan. Mungkin ini yang sering kita lupakan bahwa rohani kita pun mempunyai kebutuhan pokoknya dengan santapan rohani. Sebab bila tak terpenuhi bisa menimbulkan dampak negatif sama halnya dengan kebutuhan jasmani.

Melupakan yang Pokok Mengutamakan yang Pelengkap atau Kemewahan

Teorinya adalah setelah terpenuhinya kebutuhan primer barulah memenuhi kebutuhan sekunder. Setelah mampu memenuhi kebutuhan keduanya barulah memenuhi kebutuhan tersier. Tetapi keinginan tentu tidak mau main teori - teorian. Nafsu keinginan untuk memenuhi gaya hidup akan mengabaikan hal - hal yang pokok.

Bukan omong kosong kalau ada yang memilih hidup hemat untuk kebutuhan pokoknya tapi malah royal untuk memenuhi keinginannya pada kebutuhan pelengkap. Ada yang rumah masih kontrak tapi untuk memenuhi keinginan gaya hidup bisa beli mobil walau dengan kredit.

Ada juga yang seperti saya, untuk memenuhi kebutuhan pokok saja pas - pasan tapi malah memaksakan diri beli telepon genggam juta - jutaan dengan cara mengutang. Demi memenuhi selera gaya hidup semuanya pakai kredit. Mobil, televisi, jam tangan, komputer dll. Giliran bayar pusing tujuh keliling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun