Mengapa masih ada penderitaan atau ketidaknyamanan yang kita rasakan dalam hidup kita walau hidup di negara yang merdeka?
Sebab kepastiannya adalah kita belum membebaskan jiwa kita dari kekotoran batin yang ada. Masih ada yang membelenggu jiwa kita. Terutama adalah adanya badan kasar ini. Tentu kesejatian itu ketika jiwa ini bisa lepas dari raga dalam kesuciannya.
Tetapi selagi kehidupan masih ada, tentu jiwa membutuhkan rumah dan jiwa melalui raga inilah memiliki kehendak bebas untuk membebaskan dirinya.
Ada istilah, meminjam yang palsu untuk membina yang asli. Dengan kata lain meminjam badan kasar yang palsu karena suatu saat akan hancur dan berubah bentuk untuk menyempurnakan kembali jiwa yang merupakan diri kita yang sejati. Dimana pada waktunya akan lepas landas kembali ke asal.
Kebebasan yang sesungguhnya adalah ketika kita dapat hidup sesuai kehendak jiwa sejati. Bukan kebebasan atas kehendak nafsu.
Kalau boleh jujur, manusia saat ini masih hidup lebih dengan menggunakan kebebasan keingginan dan nafsu. Belum sepenuhnya hidup dalam kebebasan kehendak jiwa sejati.
Tak heran apabila kebebasan yang hadir adalah yang tak sesuai dengan hakekat kebenaran. Ego masih menjadi pemegang kendali. Tak heran kebebasan yang ada malah membuat dunia ini semakin kacau dan tak beraturan. Jauh dari etika. Aturan dianggap hanya mengekang kebebasan. Untuk itu aturan dengan bebas dilanggar.
Atas nama kebebasan berekspresi dan seni, manusia bisa bebas menelanjangi diri atau bebas berpendapat tanpa takut kalau ada yang terganggu atau tersakiti. Kebebasan yang membuat dunia kehilangan kedamaian.
Orang bijak mengatakan, sesungguhnya kebebasan yang mendamaikan dan membahagiakan adalah ketika manusia sudah bisa bebas hidup sesuai kehendak jiwa sejati. Bebas dari segala belenggu duniawi. Bebas dari keinginan yang dipengaruhi nafsu.
Ah, perjalanan masih jauh tetapi itulah jalan yang semestinya dijalani oleh kita, anak - anak manusia untuk meraih kebebasan sejatinya kelak.
katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri