Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Doa

11 September 2014   03:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:03 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia sejatinya yang patuh pada Tuhan-nya

Berdoa dalam kerendahan hati nan  rela

Pasrah tanpa daya atas Kuasa-Nya

Tunduk pada Kehendak-Nya

Taat pada Perintah-Nya


Kini celakanya manusia

Menjadi  bisa lebih berkuasa

Bisa mengatur Tuhan akan maunya

Dalam doa, mendesak  Sang Maha Kuasa

Agar Tuhan tunduk untuk memenuhi kehendaknya

Akan sebuah kerinduan bercumbu dengan penciptanya, manusia berdoa. Datang ke hadapan Tuhan dalam ketaatan untuk memohon ampun atas segala kesalahan. Dalam linangan air mata penyesalan dan bahagia. Dalam senyuman karena dapat memeluk-Nya oleh sebuah kepatuhan.

Dalam kerendahan hati meninggikan Tuhan dengan puja - puji yang berkepanjangan dan tiada habisnya. Dalam diam tertunduk memasrahkan segalanya akan kehendak-Nya. Sebab percaya yang tiada duanya. Sebuah keyakinan tanpa perlu memertanyakan lagi akan kekuasaan-Nya.

Ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Kesenangan dan kemalangan yang datang tiada disesali. Apa pun tiada melelahkan dalam kemalasan akan perintah-Nya. Bagaikan prajurit yang tak pernah membantah perintah panglimanya.

Sejatinya manusia tak akan memberdayakan dirinya untuk menentang perintah dan kuasa Sang Penciptanya. Tak sedikit pun ragu akan takdir kehidupan ini.

Tetapi kepintaran otak manusia tak jarang memerdaya dirinya sendiri. Dalam keangkuhannya tiimbul keinginan untuk merasa lebih berkuasaa. Menciptakan Tuhan dalam pikirannya, sehingga Tuhan bisa didefinisikan sesuai kehendaknya. Bisa diatur sebagaimana kemauannya.

Bahkan dalam kepintaran dan keangkuhan yang semakin merajalela, manusia tak ragu lagi memperbudak Tuhan demi untuk memenuhi segala keinginannya.

Doa-doa yang sejatinya indah terucap di bibir karena berasal dari hati yang tulus dan penuh kerendahan hati serta keinsyafan nurani, kini berganti dengan doa-doa yang mendesak dan kata-kata arogan. Doa berubah menjadi bagaikan perintah atasan pada bawahannya.

katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun