Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

4x6=6x4?

23 September 2014   23:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:47 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Kalap Menentukan Salah dan Benar


Tanpa mengetahui suatu hal secara jelas kita berani beropini untuk menentukan ini yang salah itu yang benar. Apalagi pada saat maraknya media sosial. Satu kejadian begitu cepat mendapat respon.


Kita bisa menentukan satu hal benar atau salah hanya berdasarkan perasaan suka dan tidak suka, persepsi atau ikut-ikutan berdasarkan pendapat orang lain.


Saking kalapnya yang benar bisa kita nilai salah dan sebaliknya yang salah malah dibela mati-matian karena dianggap benar. Apalagi sudah ada unsur pertemanan.


Kita memang terlalu genit beropini dahulu baru kemudian memikirkannya salah atau benar. Setelah terlanjur kita gengsi untuk mengakui kesalahan. Kita terlalu bernafsu untuk menjadi yang pertama memberikan pendapat tanpa berusaha mencari tahu yang sebenarnya. Asumsi yang lebih diutamakan daripada fakta yang ada.



Hanya Bisa Menyalahkan dan Selalu Merasa Paling Benar


Pada akhirnya kita menemukan gejala secara umum dalam kehidupan kita bahwa kita cenderung hanya bisa menyalahkan pihak lain dan selalu merasa paling benar dengan pendapat sendiri.


Di media-media sosial marak kita menemukan orang-orang yang merasa paling benar, sehingga tak risih untuk mengumpat sana-sini. Menyalahkan si ini dan menghujat si itu dengan opini-opini yang dianggap paling yahud.


Tak heran kemudian perang saling menyalahkan dengan masing-masing merasa pihaknya yang paling benar jadi marak di dunia maya.


Begitulah. Terbukti kebenarannya dengan hadirnya tulisan ini. Sebab apa yang dimaksud terwakili oleh tulisan ini dengan pas. Loh??? ha ha ha ....



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun