Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

4x6=6x4?

23 September 2014   23:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:47 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Ada lagi contoh dalam kehidupan kita sehari-hari. Tentu tidak sedikit dari kita yang menyalahkan aturan yang melarang dan akan mendenda bagi yang memberi uang kepada pengemis di jalanan.


Kenapa orang mau berbuat baikĀ  dengan bersedekah malah dilarang dan akan kena denda? Membingungkan tentunya.


Karena tak dipungkiri menjadi pengemis itu sudah dijadikan lahan bisnis, sehingga yang jadi pengemis tidak sedikit yang lebih kaya dari pemberinya. Selain itu dengan kita memberi para pengemis uang akan menciptakan lahan bagi orang-orang yang malas bekerja.



Di Balik (apa yang kita anggap) Kebenaran itu Ada Salahnya


Kembali ke kasus jawaban 4 x 6 itu, sang kakak merasa tidak terima disalahkan jawabannya. Secara logika memang benar tidak ada bedanya jawaban 4 x 6 atau 6 x 4 karena hasilnya tetap saja 24. Kalau cuma mengacu kepada hasil memang tidak ada salahnya sama sekali.


Namun ketika diuraikan baru kita akan menemukan bedanya dengan jelas. 4 x 6 akan ditulis menjadi Ā  6Ā + 6Ā +Ā  6Ā + 6 dan 6 x 4 diuraikan jadi 4Ā + 4Ā + 4Ā + 4Ā + 4Ā + 4. Sederhana sekali bukan? Kenapa jadi heboh ya? Dunia kalau tidak ramai dan tidak ada yang heboh jadi tidak seru.

Dalam hal ini guru yang menggunakan buku panduan ada benarnya. Namun di balik benarnya bisa juga terlihat ada hal yang salah. Yakni menggunakan standar nilai untuk sebuah PR.

Jadi dalam hal ini guru terlalu berpatokan pada nilai untuk sebuah tugas yang dikerjakan di rumah. Padahal guru bisa saja menggunakan standar yang lebih ke arah pembelajaran dengan cukup mengoreksi kesalahan yang terjadi, sehingga siswa lebih bisa berpikir atas kesalahan yang terjadi. Bukannya malah bingung.


Berkenaan dengan contohĀ  memberi sedekah di atas bagi kita yang memberi tentu bertanya-tanya apa salahnya memberi uang kepada orang yang mengemis?Ā  Heran.


Wong memberi dengan ikhlas. Ya, salahnyaĀ  melanggar aturan Perda. Karena tak dipungkiri ada yang menjadi pengemis cuma buat kedok menipu. Ada orang yang sengaja menjadikan mereka pengemis untuk mendapatkan keuntungan.


Sebagai contoh kasus dua orang yang saling mengalah pastinya benar. Bagaimana pun saling mengalah itu ada baiknyaĀ  Tetapi ketika dua orang yang suka mengalah saling bertemu di pertigaan jalan. Apa jadinya kalau mereka saling ngotot untuk mengalah? Bukannya justru akan mengganggu pengendara yang di belakangnya? Bukankah hal itu salah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun