Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

5

15 Oktober 2014   21:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:53 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandawa terdiri dari Yudistira yang sangat jujur, bijaksana, welas asih, sabar taat, dan suka memaafkan. Bima di balik sifat emosionalnya memiliki karakter yang teguh, komitmen dengan perkataan, dan setia. Arjuna yang tampan adalah sosok yang menjaga sopan-santun, melindungi yang lemah, berbudi, teliti, dan berani. Sementara si kembar Nakula dan Sadewa merupakan sosok yang jujur, dapat menjaga rahasia dan  taat pada orangtua serta tahu membalas budi. [referensi]

Sekarang coba periksa karakter baik yang ada pada diri kita. Apa ya? Bingung menulisnya!

Akhirnya saya cuma mau mengabarkan tentang perjalanan menulis di Kompasiana, blog keroyokan nomor satu di Indonesia yang sudah memasuki tahun ke-5. Tidak terasa masih bisa menulis sampai lima tahun. Satu hal yang tak pernah saya bayangkan dapat melakoninya.

Perjalanan sejak dari 22 Oktober 2009 yang pernah membuat saya bangga dan merasa hebat. Bisa menepuk dada. Memamerkan sedikit kepintaran dan bisa sok bijaksana dalam kata-kata. Ribuan tulisan dengan semangat dihadirkan. Seringkali harus lupa waktu dan lupa makan.

Perjalanan menulis di Kompasiana ibarat sedang mengarungi universitas kehidupan. Dimana dalam proses menulis sedang memadukan pikiran dan hati. Nurani dan keegoan. Untuk menulis satu tulisan yang beberapa menit atau jam adakalanya perlu waktu berhari-hari memikirkan dan merenungkan. Tentu dengan perasaan sudah melakukan yang terbaik.

Namun perasaan tidak selalu sama dengan realita. Pada akhirnya saya sadar diri bahwa saya bukanlah siapa-siapa. Apa yang saya tulis, siapapun bisa menuliskannya. Kepintaran, kebijaksaan dan kemampuan menulis yang saya kira telah saya miliki bukanlah apa-apa.

Bahkan selama lima tahun menulis saya tidak mampu membuktikan bahwa tulisan saya memiliki nilai baik dan pantas mendapat centang biru dari Admin yang terhormat di Kompasiana. Tetapi  sebuah centang biru sungguh menyadarkan bahwa tulisan saya tidak sebaik yang saya kira.

Sebuah penghargaan dari pihak lain memang memiliki arti. Penghargaan dapat menaikkan harga diri. Tak heran bila orang-orang begitu bangga dengan penghargaan yang mereka miliki. Bisa dipajang dan menjadi cerita tersendiri.

Sebab tiada penghargaan bisa membuat kehilangan muka. Tidak sedikit pula membunuh rasa yang ada.  Tak heran ada yang berani membelinya.

Tetapi berani menghargai kemampuan diri sendiri bagaimana pun adanya memerlukan keberanian dan itu akan menjadi lebih berharga. Melakukan apa yang mestinya kita lakukan tanpa mengharap penghargaan dari luar, pasti itu lebih dari sebuah penghargaan.

Satu hal yang lebih penting selama perjalanan lima tahun di Kompasiana sudah cukup membuat diri ini berharga. Minimal berharga bagi diri sendiri yang selalu setia menjadi pembaca pertama tulisan sendiri. Melalui tulisan adalah sebagai salah satu cara mencerahkan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun