Pandawa terdiri dari Yudistira yang sangat jujur, bijaksana, welas asih, sabar taat, dan suka memaafkan. Bima di balik sifat emosionalnya memiliki karakter yang teguh, komitmen dengan perkataan, dan setia. Arjuna yang tampan adalah sosok yang menjaga sopan-santun, melindungi yang lemah, berbudi, teliti, dan berani. Sementara si kembar Nakula dan Sadewa merupakan sosok yang jujur, dapat menjaga rahasia dan taat pada orangtua serta tahu membalas budi. [referensi]
Sekarang coba periksa karakter baik yang ada pada diri kita. Apa ya? Bingung menulisnya!
Akhirnya saya cuma mau mengabarkan tentang perjalanan menulis di Kompasiana, blog keroyokan nomor satu di Indonesia yang sudah memasuki tahun ke-5. Tidak terasa masih bisa menulis sampai lima tahun. Satu hal yang tak pernah saya bayangkan dapat melakoninya.
Perjalanan sejak dari 22 Oktober 2009 yang pernah membuat saya bangga dan merasa hebat. Bisa menepuk dada. Memamerkan sedikit kepintaran dan bisa sok bijaksana dalam kata-kata. Ribuan tulisan dengan semangat dihadirkan. Seringkali harus lupa waktu dan lupa makan.
Perjalanan menulis di Kompasiana ibarat sedang mengarungi universitas kehidupan. Dimana dalam proses menulis sedang memadukan pikiran dan hati. Nurani dan keegoan. Untuk menulis satu tulisan yang beberapa menit atau jam adakalanya perlu waktu berhari-hari memikirkan dan merenungkan. Tentu dengan perasaan sudah melakukan yang terbaik.
Namun perasaan tidak selalu sama dengan realita. Pada akhirnya saya sadar diri bahwa saya bukanlah siapa-siapa. Apa yang saya tulis, siapapun bisa menuliskannya. Kepintaran, kebijaksaan dan kemampuan menulis yang saya kira telah saya miliki bukanlah apa-apa.
Bahkan selama lima tahun menulis saya tidak mampu membuktikan bahwa tulisan saya memiliki nilai baik dan pantas mendapat centang biru dari Admin yang terhormat di Kompasiana. Tetapi sebuah centang biru sungguh menyadarkan bahwa tulisan saya tidak sebaik yang saya kira.
Sebuah penghargaan dari pihak lain memang memiliki arti. Penghargaan dapat menaikkan harga diri. Tak heran bila orang-orang begitu bangga dengan penghargaan yang mereka miliki. Bisa dipajang dan menjadi cerita tersendiri.
Sebab tiada penghargaan bisa membuat kehilangan muka. Tidak sedikit pula membunuh rasa yang ada. Tak heran ada yang berani membelinya.
Tetapi berani menghargai kemampuan diri sendiri bagaimana pun adanya memerlukan keberanian dan itu akan menjadi lebih berharga. Melakukan apa yang mestinya kita lakukan tanpa mengharap penghargaan dari luar, pasti itu lebih dari sebuah penghargaan.
Satu hal yang lebih penting selama perjalanan lima tahun di Kompasiana sudah cukup membuat diri ini berharga. Minimal berharga bagi diri sendiri yang selalu setia menjadi pembaca pertama tulisan sendiri. Melalui tulisan adalah sebagai salah satu cara mencerahkan diri.