Tetapi Takutlah Bila Nanti Mati dalam Kehinaan...
Setiap manusia pada akhirnya memang harus pergi meninggalkan dunia ini sebagai rumahnya. Yang membedakan adalah jalan apa yang ditempuh. mati dalam kebajikan dan kemuliaan atau dalam kejahatan dan kehinaan. Di situlah nilai hidup kita ditentukan.
Sebelum kematian itu tiba, tentu kita sendiri yang akan menentukan pilihan hidup kita. Memlih jalan kebaikan, kejahatan, atau masih dalam kebimbangan.
Bukankah sungguh memalukan bila saat mati justru dalam kemaksiatan? Atau meninggalkan hutang yang menumpuk buat anak-cucu? Tertembak mati saat sedang merampok atau mati dihajar massa saat memerkosa?
Yang tentu membuat kita patut terhina adalah ketika 'pulang' menghadap Sang Pencipta dengan hati yang masih kotor. Padahal saat datang ke dunia kita diberikan hati yang bersih cemerlang. Bagaimana kita memertanggung jawabkan amanah ini?
Tidak Perlu Merasa Hina Hidup dalam Kemiskinan
Hidup dalam kekurangan dan menjadi orang susah memang mudah mendatangkan penghinaan. Datang ke rumah saudara memunculkan kecurigaan. Mau pinjam uang takut tidak sanggup mengembalikan. Kalau pun diberikan tak jarang diiringi kata-kata yang menyakitkan.
Namun selama kita jujur, apa adanya dan memang sedang butuh bantuan. Apa salahnya bila saudara yang menjadi harapan?
Walau menjadi orang miskin seringkali dipandang sebelah mata tidaklah perlu membuat kita kecewa. Selama kemiskinan tidak membuat kita menyusahkan orang lain. Selama kita sanggup berdiri atas keyakinan diri dalam integritas. Selama kita jujur pada kehidupan. Tidak ada yang perlu dimalukan dan merasa terhina.
Namun Takutlah Bila harus Hidup dalam Memiskinkan Diri yang Hina...
Sejatinya yang lebih menakutkan adalah bila diri kita tak sanggup berdiri tegak, sehingga mampu untuk hidup dalam kemiskinan di atas kelimpahan kekayaan yang telah kita miliki. Penyakit keserakahan.